Berita Kecelakaan maut ini sudah lama saya tulis, akan tetapi tidak tega untuk mempostingnya. Pasalnya keluarga yang mengalami kecelakaan tunggal itu adalah tetangga saya sendiri dalam satu komplek di Perumahan Bumi Permata Sudiang (BPS), meski tidak mengenal terlalu dekat keberadaan beliau di komplek merupakan salah satu tokoh yang cukup disegani. Lantaran beliau berprofesi sebagai ketua jurusan sekaligus Guru besar Matematika di Universitas Hasanuddin Prof. Dr. Amir Kamal namanya.
Dari cerita mulut ke mulut tetangga, sebelum mengalami musibah kecelakaan maut di Tol Reformasi Makassar pada Minggu (18/6/2017). Sebelum ke kota beliau beserta anak dan istri sempat melaksanakan sholat dhuhur berjama’ah di Masjid kompleks (Masjid Babussalam). Setelah menunaikan sholat dhuhur Prof. Amir Kamal dan keluarganya melanjutkan perjalanan ke kota guna membeli kebutuhan lebaran tahun 2017.
Tampak depan
Tampak samping
Dirasa cukup puas mencari kebutuhan lebaran juga belanja bekal untuk berbuka puasa di jalan. Korban buru-buru meluncur ke arah Bandara melalui jalan Tol Reformasi Makassar karena ada tamu/keluarga akan dijemput. Sore itu korban mengendarai kendaraannya sendiri (tanpa menggunakan jasa sopir) mobil melaju sangat kencang, dengan maksud agar setiba di bandara bertepatan dengan kedatangan pesawat.
Entah apa penyebabnya, bisa jadi karena mengantuk tiba-tiba saja mobil Innova yang dikendarai Prof. Amir Kamal menabrak bagian belakang kendaraan truk Hino pengangkut air galon yang sedang terparkir di tepi tol, karena truk terebut mengalami bocor ban.
Truk Hino depan
Tampak belakang
Akibatnya, setengah dari bodi mobil terperosok hingga ke bawah kolong truk, Istri dan anak kedua seketika meninggal di tempat. Sementara anak pertama mengalami kritis dan Amir Kamal sendiri sedang mendapat perawatan serius di Rumah Sakit sayang Rakyat yang jaraknya tidak jauh dari SMAN 15 tempat anak saya bersekolah.
Sementara pihak keamanan jaln tol melakukan evakuasi, segelintir “oknum” di sekitar tempat kejadian kecelakaan justru memanfaatkan musibah mengerikan tersebut, dengan cara mengamankan barang-barang belajaan korban. Rupanya moment ramadhan dan menjelang hari raya idul fitri menjejali fikiran kotor mereka. sudah hilang rasa kemanusiaannya dengan memetik keuntungan pribadi tanpa mempedulikan kondisi para korban. Mobil nahas yang harganya ratusan juta itu seketika remuk redam tak berbentuk mirip rempeyek, lebih tepatnya sudah menjadi barang rongsokan.
Siap atau tidak siap manusia akan menemui ajal. Siapa saja tanpa terkecuali akan mati tak terduga sebelumnya baik dosen, dokter, guru, ulama, penceramah, pegawai, kuli panggul hingga Presiden akan mati. Mengingat-ingat kematian merupakan hal yang menakutkan bagi banyak orang, sehingga topik pembicaraan tentang sakaratul maut paling dihindari bahkan dilupakan, celakanya manusia tidak bisa menghindari datangnya ajal, melainkan dihadapi. Tapi suka tidak suka piala bergilir tersebut pasti menghampiri kita, bukan sesuatu hal mustahil setelah membaca tulisan ini ada diantara kita menghembuskan nafas terakhir. Wallahu a’lam Bishowaf.
Saya tidak bisa bercerita lebih jauh, khawatir ada yang tidak bisa tidur akan peristiwa kecelakaan maut di jalan Tol Reformasi Makassar ini. Dengan dipostingnya berita ini gejolak dalam jiwa saya sedikit plong, meski terbilang berita basi alias terlambat, setidaknya informasi ini mengingatkan kita agar lebih hati-hati berkendara di jalan raya.
Makassar, 24 Juni 2017
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H