Lihat ke Halaman Asli

Subhan Riyadi

TERVERIFIKASI

Abdi Negara Citizen Jurnalis

Filosofi Tembang Jawa Sluku-sluku Bathok

Diperbarui: 23 Februari 2017   20:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

 (sumber gambar: http://www.widodogroho.com)

Tembang Jawa Sluku-Sluku Bathok ini dahulu begitu akrab di telinga anak-anak, termasuk saya yang pernah hidup bersama masyarakat jawa era 90-an, dan ditembangkan pada waktu bermain-main, sebagai anak-anak yang masa kecilnya bahagia senang-senang saja mendengar tembang ini tanpa tahu makna yang terkandung pada lirik tembang sluku-sluku bathok. Ya, bahkan tembang jawa gubahan dari bahasa arap ini berbagai media online sudah banyak yang mempostingnya, tidak ada salahnya kembali mencoba mengingatkan diri saya dan pembaca untuk lebih bijak, sebab kematian tidak tahu kapan akan menghampiri, hanya Tuhan dan waktu saja yang tahu.

Nah, jika ditelisik lebih jauh, ternyata lagu itu merupakan buatan Wali Songo yang digunakan sebagai metode dakwah. Dahulu mereka membuat syiar yang mudah ditangkap masyarakat awam saat itu. Syair Sluku-Sluku Bathok merupakan salah satu gendhing Jawa yang digunakan oleh Wali Songo untuk syiar agama Islam.

Syair tersebut bukan sekedar syair, jika disimak lirinya begitu mempunyai filosofi yang dalam. Tembang tersebut :

“Sluku-Sluku Bathok

Bathoke Ela Elo

Si Rama Menyang Solo

Oleh-Olehe Payung Mutho

Mak Jenthit Lolo Lo Bah

Yen Mati Ora Obah

Yen Obah Medeni Bocah

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline