Lihat ke Halaman Asli

Subhan Riyadi

TERVERIFIKASI

Abdi Negara Citizen Jurnalis

Hikmah di Balik Sejarah Fort Rotterdam, Coretan Sampah Bikin Runyam

Diperbarui: 12 Desember 2016   14:38

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

(Dokpri/Subhan)

Libur panjang tahun 2016 ini kami manfaatkan untuk mengunjungi peninggalan bersejarah di Kota Makassar yang begitu fenomenal, tidak lain adalah FORT ROTTERDAM. Bertepatan dengan peristiwa Maulid Nabi Muhammad SAW tanggal 12 Desember 2016.

Seperti biasa untuk sampai kesana kami menggunakan fasilitas kendaraan yang terbilang baru berupa Bus Rapid Transit disingkat BRT. Bahkan jumlah peminatnya masih tergolong sedikit, mungkin karena menunggu begitu lama itu lebih kepada faktor armada belum mencukupi sehingga sepi peminat. Bersama anak ke dua berangkat dari rumah pagi-pagi pukul 08.00 wita agar tidak terjebak macet serta kepanasan ketika pulang.

Rute BRT kami naiki melalui jalur Jalan Perintis Kemerdekaan, Jalan Urip Sumoharjo, Jalan Pettarani dan selanjutnya pemberhentian terakhir di Mall Panakkukang akrab dengan MP, sebagai titik tengah pemberhentian. Tujuan berikutnya adalah MaRi Mall yang terletak di jalan Ratulangi sebelum kami beralih naik angkutan umum (pete-pete) lantaran belum ada jalur BRT ke Rotterdam. Sesampainya di tempat tujuan terlebih dahulu mengabadi aktivitas kami disana dengan berfoto ria.

(Dokpri/Subhan)

Terlebih dahulu mengisi buku tamu yang disediakan petugas jaga benteng untuk bisa mengitari benteng. Tujuan ke sana ingin memperlihatkan tempat penahan Pangeran Diponegoro kepada anak saya dimana Pangerang diponegoro pernah ditahan, tapi lacur bukannya kesenangan di dapatkan tetapi kekecewaan, disebabkan tempat penahanan tersebut dalam keadaan terkunci. Jengkel, marah berkecamuk menjadi satu mendapati  situs sejarah Pahlawan Nasional terkunci. Padahal sebagai putera bangsa ingin sekali melihat sekaligus merasakan hawa penderitaan pahlawan Diponegoro selama di pengasingan. Sebagal tempat tujuan wisata sejarah seharusnya tempat tersebut terbuka dibawah pengawasan petugas jaga Rotterdam.

(Dokpri/Subhan)

Untuk mengobati sakit hati kami mengitari nyaris seluruh Benteng. Kekesalan tadi langsung musnah tatkala melihat keramaian dalam Fort Rotterdam, penasaran atas keramaian tersebut, beringsut mendekati tempat kejadian perkara. Tuhan sepertinya berkehendak baik saat itu pula kami disuguhi Syuting Mission X yang biasa kami tonton di Trans TV, kesempatan emas tersebut kami gunakan untuk meminta Foto bareng kedua kapten Tim, yaitu Tim Merah dan Tim Biru secara bergantian bersama Melky dan Aming. Puas melampiaskan dendam dengan melihat langsung Syuting Mission X di Fort Rotterdam.

(Dokpri/Subhan)

(Dokpri/Subhan)

(Dokpri/Subhan)

Penelusuran situs sejarah dilanjutkan dengan mengunjungi museum La Galigo, dimana naskah asli berupa daun Lontara’ tersimpan secara apik di Perpustakaan Amsterdam di Belanda, boleh jadi kalau di Indonesia naskah tersebut tidak bertahan lama alias rusak lantaran kurang perawatan dari petugas Benteng Fort Rotterdam. 

Cukup membayar Rp. 5000,- untuk dewasa dan anak-anak membayar Rp. 3000,- didalam museum La Galigo tersebut memang terdapat berbagai situs, akan tetapi masih kurang pejelasan dalam bentuk leaflet atau brosur, pemandu pun tidak hadir disana.

(Dokpri/Subhan)

Sejarahnya, Fort Rotterdam salah satu benteng yang megah dan menawan yang terdapat di Makasar, Sulawesi Selatan. Pada awalnya, benteng ini disebut sebagai benteng Jumpandang atau Ujung Pandang. Benteng ini merupakan peninggalan sejarah Kesultanan Gowa, Kesultanan ini pernah Berjaya sekitar abad ke-17 dengan ibu kota Makassar.

Kesultanan ini sebenarnya memiliki 17 buah benteng yang mengitari seluruh ibu kota. Hanya saja, jika dibandingkan dengan benteng lainnnya. Benteng Fort Rotterdam adalah benteng paling megah dan keasliannya masih terpelihara hingga kini. Benteng Fort Rotterdam dibangun oleh Raja Gowa ke X yang bernama Imanrigau Daeng Bonto Karaeng Lakiung atau Karaeng Tunipalangga Ulaweng pada tahun 1545 M.

Pada awalnya bentuk benteng ini adalah segi empat, seperti halnya arsitektur benteng gaya Portugis. Benteng Fort Rotterdam terbuat dari campuran batu dan tanah liat yang dibakar hingga kering. Pada tanggal 9 Agustus 1634, Sultan Gowa ke XIV membuat dinding tembok dengan batu padas hitam yang berasal dari daerah Maros. Kemudian, dinding tembok kedua dekat pintu gerbang dibangun pada tanggal 23 Juni 1635.

Pada tahun 1655 hingga 1669 benteng ini sempat hancur karena armada perang Belanda yang dipimpin oleh Gubernur Jendral Admiral Cornelis Janszoon Speelman menyerang Kesultanan Gowa yang dipimpin oleh Sultan Hasanuddin yang bertujuan untuk menguasai jalur perdagangan rempah-rempah dan memperluas sayap kekuasaan untuk memudahkan mereka membuka jalur ke Banda dan Maluku.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline