(sumber: http://www.srikandipp.com/)
Awalnya saya ragu menulis pandangan Mochtar Lubis merasa akan dituntut tentang plagiat, takut akan teror pelanggaran hak cipta penulis kondang, reputasinya tercoreng. Meski sudah banyak tulisan serupa, dengan nawaitu apa adanya akhirnya rampung juga.
Kehidupan manusia moderen sekarang ini relatif individualistis ditengah kehidupan bersosialisasi. Sifat negatif manusia paling menonjol ingin dilayani, disanjung, dihormati padahal tidak berbuat apa-apa. Membaca fenomena ini tentu hanya berlaku pada keturunan ningrat, tidak pandang bulu dimana pun berada tradisi kolot itu terus terbawa hingga akhir hanyat. Suka tidak suka begitu sulit untuk mengidentifikasi sifat-sifat orang Indonesia. Sebab, Indonesia dibangun diatas pondasi beragam suku, budaya, agama, adat budaya yang saling terpisah pulau, itu artinya ibarat pepatah “Lain Ladang Lain Belalang, Lain Lubuk Lain Ikannya”.
Terkadang kita semua atau saya sendiri tanpa disadari pernah ataupun sering mempertontonkan sifat-sifat negatif yang terkadang membuat orang lain tersinggung. Terkecuali sifat positif, tidak usah diurai, karena sifat atau sikap tersebut hanya milik malaikat atau manusia setengah dewa, tidak sombong, jauh dari kata munafik pantas disematkan pada diri Nabi Muhammad SAW manusia paling suci di muka bumi.
Sifat negatif orang indonesia menurut pandangan Mochtar Lubis menarik diangkat kembali, disini saya mengajak pembaca sekalian agar bisa mengintrospeksi dari sifat yang terkadang tanpa disadari merugikan orang lain. Nah,..Mari kita resapi bersama dengan mengutamakan logika bukan emosi, kutipan dari sebuah tulisan populer milik Muchtar Lubis.
Kontroversialnya buku tulisan Prof. Ng Aik Kwang dari University of Queensland berjudul "Why Asians Are Less Creative Than Westerners (2001)”. Indonesia juga memiliki talenta hebat, Mochtar Lubis berjudul "Manusia Indonesia" tidak kalah laris-manis di eranya. Buku terbitan Yayasan Obor Indonesia tahun 1977/1978, memberikan penilaian tentang sifat-sifat negatif manusia Indonesia.
Jika memang dalam Manusia Indonesia adalah suatu ungkapan realitas maka ternyata manusia Indonesia penuh dengan paradoks yang tetap saja tak terselami oleh siapa pun, termasuk oleh Mochtar Lubis sendiri.
1. Hipokrit alias Munafik:
Lain di bibir lain di hati. Lain bicara lain pula tindakan. Berpura-pura, lain di muka–lain di belakang, merupakan sebuah ciri utama manusia Indonesia. Hal ini bisa dibuktikan bahwa banyak sekali, terutama para pejabat Indonesia yang munafik.
Dibuktikan dengan tidak komitmennya perkataan diawal dengan dikemudian hari. Banyak kasus yang menyebutkan bahwa ternyata pebuatan mereka bejat, tidak sesuai amanah menjalankan sumpah jabatan alias sumpah palsu.
2. Enggan Bertanggung Jawab:
“Bukan urusan saya”. “Tidak tahu menahu tentang itu” padahal paham. “Bukan salah saya itu”. Contoh tersebut merupakan kalimat yang cukup populer terucap dari mulut manusia Indonesia.
Atasan melempar tanggung jawab tentang suatu kegagalan pada bawahannya. Akan tetapi jika berhasil, maka mereka paling depan mengatakan, “itu karena saya”.