Sebelumnya pasti sudah banyak artikel hebat membahas tentang biopori. Setidaknya artikel kecil ini ambil bagian dari artikel besar serupa. Ketika musim penghujan datang selalu mengudang rasa cemas dan was-was.
Untuk mengatasi kecemasan ini dibutuhkan solusi alternatif mudah dan murah. Salah satu cara di antaranya dengan membuat Lubang Resapan Biopori (LBR). Metode ini telah banyak dilakukan di beberapa tempat sehingga diharapkan menjadi gerakan besar dalam mengatasi banjir. Banjir sebenarnya terjadi karena ulah atau perilaku manusia itu sendiri. Seharusnya kita membuka mata dan belajar dari hal-hal kecil yang kita lakukan. Dengan demikian kita dapat menghindari musibah musiman ini. Misalnya: tidak membuang sampah sembarangan ke dalam got/gorong-gorong, sungai atau kanal.
Maksudnya agar gorong-gorong/got, sungai dapat mengalirkan jumlah air hujan lebih banyak ke laut. Memelihara hutan dan mencegah pembalakan hutan akan menambah asri suasana kota yang semakin sumpek dengan aktivitas kendaraan dan pembangunan. Ini sangat menjadi perhatian bukan hanya pemerintah, tapi kita semua.
Selain itu larangan untuk tidak tinggal di dekat sungai turut andil mengurangi musibah banjir, menanam pohon atau melakukan penghijauan dan tidak menebangi pohon serampangan. Di samping itu dibutuhkan kesadaran masyarakat untuk terus menggalakkan budaya hidup bersih serta saling mengingatkan akan pentingnya menjaga kelestarian lingkungan hidup dan hutan.
Mengubah perilaku masyarakat untuk tidak membuang sampah ke sungai bukanlah pekerjaan mudah, dibutuhkan kesabaran ekstra ketat karena di indonesia sebagian masyarakatnya sudah terbiasa membuang sampah ke sungai, bahkan laut dijadikan pelampiasan "pembuangan sampah" sehingga karakter vandalisme begitu mendarah daging. setidaknya melalui aksi partisipasi seluruh elemen masyarakat secara terorganisasi dan terkoordinasi merubah karakter negatif menjadi aksi positif akan lebih efektif.
Melihat kondisi saat ini dibutuhkan gerakan organisasi kemasyarakatan untuk mengambil tindakan-tindakan awal dan berperan dalam menjaga lingkungan khususnya penanggulangan banjir. Padahal air di negeri kita sangat melimpah, namun sayang akibat tergerus banjir semua terbuang percuma.
Selain mudah, murah meriah LRB salah satu alternatif mengatasi banjir yang booming di kalangan masyarakat awam maupun pemerintah yang berkompeten di bidangnya. Metode murah ini selain mencegah banjir, juga diharapkan dapat menjaga kualitas tanah dan meningkatkan kesuburan tanah, sehingga dapat menyiapkan unsur hara bagi tanaman. Metode pembuatannya mudah juga praktis, dapat dilakukan di halaman rumah, halaman sekolah, halaman kantor, taman kota atau lahan-lahan tidak produktif dimanapun berada.
Biopori merupakan istilah yang diberikan untuk lubang-lubang di dalam tanah yang terbentuk akibat berbagai aktivitas organisme. Dengan memasukkan sampah organik berupa sisa sayuran, dedaunan kering, akan memicu biota tanah untuk hidup, seperti cacing, rayap, semut, dan perakaran tanaman. Fungsi biopori selain akan terisi udara akan menjadi wadah berlalunya air di dalam tanah. Pencetusnya adalah Dr. Kamir R. Brata (seorang peneliti dan Ilmu Tanah dan Sumber Daya Lahan, Institut Pertanian Bogor-IPB).
Manfaat lubang biopori yaitu meningkatkan daya resapan air. Selain itu biopori mampu meningkatkan daya resap air hujan ke dalam tanah. Hal ini akan bermanfaat untuk mencegah genangan air yang mengakibatkan banjir, peningkatan cadangan air bersih di dalam tanah, mencegah erosi dan longsor. Dengan adanya Lubang Resapan Biopori mampu mencegah genangan air, secara tidak langsung meminimalisasi berbagai masalah yang ditimbulkan seperti wabah penyakit malaria, demam berdarah, gatal-gatal pada kulit dan kaki gajah.
Metode atau Cara Pembuatan LRB
Metode atau cara pembuatan LRB yaitu, dengan menggali lubang diameter 10 cm, kedalaman 50-100 cm boleh kurang jika kontur tanah bebatuan/keras. Jarak antar lubang satu dengan yang lain 50-100 cm. Disarankan untuk mengisi lubang dengan sampah organik (sisa sayuran di dapur, dedaunan, rerumputan).
Untuk mendapatkan hasil yang lebih baik tambah terus sampah organik jika isi lubang berkurang akibat pembusukan. Perkuat mulut lubang dengan memasukkan paralon yang sebelumnya telah diberi lubang-lubang kecil, dengan ukuran 10 cm, agar kuat pinggir mulut lubang, disemen agar tidak longsor, terakhir tutup dengan saringan air terbuat dari stanlees atau ventilasi beton agar tidak membahayakan anak-anak.