Lihat ke Halaman Asli

Subhan Riyadi

TERVERIFIKASI

Abdi Negara Citizen Jurnalis

Membaca Epos Kekerasan Terhadap Anak dan Perempuan

Diperbarui: 9 Mei 2016   12:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Setelah sebelumnya publik dikejutkan pemberitaan aksi pemerkosaan terhadap Yuyun (14) siswi SMPN 15 disertai pembunuhan yang dilakukan 14 laki-laki di Rejang Lebong, Padang Ulak Tanding, Bengkulu. Publik kembali dihebohkan dengan kasus pembunuhan dosen UMSU bernama Hj. Nur Ain. Kabar duka berlanjut penemuan mayat Mahasiswi di dalam toilet lantai 5 gedung Fakultas MIPA Universitas Gajah Mada, senin (2/5). 

Seperti pemberitaan identifikasi mayat berjenis kelamin perempuan diketahui bernama Feby Kurnia, Mahasiswi Program Studi Geofisika FMIPA UGM angkatan 2015 yang dilaporan hilang selama lima hari sejak Kamis (28/4). Yang lebih menyayat hati pemberitaan kasus kekerasan terhadap anak menimpa Muhammad Alif (5) di Sulawesi Selatan. Mirisnya pembunuhnya adalah ayah kandungnya sendiri, Jamaluddin (34). Peristiwa pembunuhan ini terjadi di kelurahan kapasa kecamatan Tamalanrea kota Makassar (5/5) pagi tadi, sekitar pukul 06.30 WITA di rumahnya.

Hangat di pemberitaan telah terjadi tindak kekerasan terhadap anak kembali menimpa seorang murid SD Inpres Cambaya, Kecamatan Pallangga, JE (12) menjadi korban pemukulan gurunya sendiri, Sabaria, Sabtu (7/5/2016).

Kejadian ini diketahui pada saat korban tiba-tiba muntah dan pusing ketika pulang ke rumahnya. Sehingga ibu korban yang bernama Kasma menanyakan perihal tersebut kepada korban.

Orang tua korban bertanya, “kenapa?” Korban menjawab, “kalau habis dipukul gurunya,” kata Kasma saat mendampingi anaknya melapor ke Mapolres Gowa, Sabtu (7/5/2016) sore.

Kronologi kejadian, menurut JE, awalnya ia hanya saling ejek dengan anak guru yang bernama NW yang berbuntut pada pemukulan terhadap JE.

Dari kisah tadi anak seorang bapak/ibu guru seharusnya memberi contoh yang baik terhadap murid lain, jangan mentang-mentang anak seorang yang berprofesi sebagai guru bertindak kasar dengan memukul kepala serta perut korban. Kalau kemudian JE tidak melawan karena pelakunya adalah anak seorang ibu yang berprofesi sebagai guru.

Tak lama berselang, Sabaria yang mengetahui putrinya NW saling ejek dengan korban langsung naik pitam dan mencari korban, diluar kelas, tanpa pikir panjang ibu guru menampar pipi kiri JE hingga mengalami pusing dan muntah.

Orang tua JE yang tidak terima dengan pemukulan terhadap anaknya, langsung melaporkan oknum guru tersebut ke Mapolres Gowa. Saat dimintai keterangan dihadapan polisi menceritakan jika awalnya dia saling ejek dengan anak gurunya itu bernama NW.

Dengan logat khas makassar, JE memberi keterangan dihadapan Mapolres Gowa; "Dia memang sering ajak saya berkelahi setiap hari. Awalnya dia bicarai kotor saya lalu saya balas katai juga, baru na pukul ka, dia tampeleng dan tinju perutku. Saya tidak balas ji karena anak guru. Setelah itu dia lapor ke mamanya," katanya.

Jika anda seorang pendidik, tentu anda akan mengevaluasi kejadian lebih mendalam suatu kejadian sebelum melakukan tindak kekerasan terhadap anak, bukan malah berprilaku premanisme, termasuk melindungi anak anda sendiri, karakter atau tipe guru seperti ini tentu akan menodai semangat keguruan.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline