Lihat ke Halaman Asli

Subhan Riyadi

TERVERIFIKASI

Abdi Negara Citizen Jurnalis

Rintihan Sampah Bumi

Diperbarui: 17 Agustus 2015   16:10

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

By : Adi Pujakesuma

Resah sampah berserak
Tak tahu jalan pulang
Tertiup amarah angin kemurkaan
Laksana tarian setan yang terkutuk.....

Lamanya 70 tahun
Mengonggok
Membusuk
Menghibur
Ulat-ulat kelaparan.....
Lalat-lalat berkicau
Tra..la..la..la..tri..li...li..li
Cacing bakteri menari seksi sekali
“Happy” ujarnya liarrrr

Aku pun
Merasa jengah menjaga sampah tak kunjung urung

Aku pun
Merasa enggan pada cermin....

Terinjak-injak, retak terbengkalai tak bertuan
Tak lagi bersih seperti dulu

Aku pun
Tersiksa dengan rintihan sampah bumi
Aroma nafas, liar!!! pada tempat sampah tepian wajah kota...
Mengindahkan setiap kata nan memotivasi
Merana sudah kebersihan kota

Namun.....
Sang Pioneer tak rela sebelum sabet piala

Terlepas...
Menelikung kata di penghujung senja
Mengering bibir menelenjangi kejamnya diktator
Mereka tak gentar sebelum tender merusak alam tercapai

Firasat
Rintihan sampah bumi tak terdeksi
Pengeras suara
Atau.....
Tangisan alarm tanda sampah melimpah

Aku sudah kehabisan kata...
Terdiam....
Tertikam...
Nafas-nafas arogansi masa kini

Makassar, 17 Agustus 2015

 




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline