By : Adi Pujakesuma
Takbir, Tahlil, Tahmid, gaung pekik perang kemenangan
Terngiang dari masjid-masjid lantang perantara pengeras suara
Gemanya ibarat panggilan suci menghadap ilahi
kemenangan serasa hampa ketika menonoton mereka bersama orang tua
Tempa nafsu satu bulan penuh lamanya akan birahi..
Berbondong-bondong umat menata hamparan padang ilalang membentang keharuan
Tak luput bertebaran surat kabar bersama wewangian merasuk organ pernafasanku
Sandang baru mewarnai riuh rendah lebaran...
Takbiran seolah mewajibkanku berdansa dengan air mata, mana kala tak mampu bersimpuh meremas jari jemari keriputnya kulit ayah dan bunda...
Inginnya...
Kutelanjangi diri bersimpuh bersama ratapan anak-anak rantau...
Entah....
Dimana sejatinya malam lebaran itu
Kalut kehilangan keberanian menghampiri senyuman orang-orang di tengah keterasingan, ramainya kilatan petasan melintasi jalan depan rumah tak membuatku bergairah...
Kemenangan hampa, sama seperti tahun sebelumnya
Kesenangan rekayasa, tiada istimewa, tiada pula pengharapan..
Kesenjanganlah nampak selalu di depan mata...
Sebab...
Aku ingin pulang kampung halaman di mana ku tinggalkan air mata kerinduan
Aku ingin pulang sua ayah dan bunda hingga luruh dalam belaian lembut kasih sayang nyaris terlupa...
Aku ingin pulang merengkuh sepeluk gumpalan energi cinta dari orang tua
Faktanya ku tak berbuat apa-apa
Sebab...
Perantau macam aku hanya akan pulang dalam kenangan...
(Selamat Idul Fitri 1436 H. Mohon Ma'af Lahir dan Bathin).