Lihat ke Halaman Asli

Bajaj oh Bajaj…

Diperbarui: 25 Juni 2015   19:47

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Otomotif. Sumber ilustrasi: FREEPIK

Ditulis Oleh David Hukom di Samarinda, 17 Januari 2012


Transportasi selalu mengalami pengembangan dari zaman ke zaman, baik dari bentuk, fasilitas yang disediakan, atau fungsinya, kalau zaman Kerajaan sebelum masuk VOC di Indonesia sangat akrab dengan hewan kuda, media transportasi yang dimiliki hampir semua lapisan masyarakat, entah kerajaan atau rakyat jelata, terlihat kesetaraan yang indah disana, dan perkembangan-perkembangan teknologi tersebut semakin memudahkan kita sebagai penggunanya, dari yang hanya menggunakan kuda lalu ditambah kereta di belakangnya, lalu berkembang begitu pesat sampai menggunakan mesin. Kalau kita lompat beberapa tahun setelah perkembangan-perkembangan teknologi transportasi tersebut, di daerah ibukota kita kenal yang namanya bajaj, jenis transportasi yang berasal dari India namun tersebar di beberapa negara di asia lainnya seperti Thailand dan Indonesia.


Jenis transportasi yang masih sering dipilih oleh masyaratakat menengah – bawah, sebagai alternatif pilihan di tengah riuhnya perkembangan teknologi yang sudah diberikan pemerintah di daerah khusus ibukota ini, sebut saja busway, dari penampilannya yang menterengorang–orang yang akan ke pasar tradisional untuk berbelanja tentu sedikit minder untuk menaikinya, apalagi jam operasinya yang terbatas, walaupun tak sedikit tukang ojek yang menawarkan jasa, tapi tak juga mengurangi kharisma bajaj untuk bersaing di kancah per-transportasian, bajaj dan ojek kurang lebih memiliki fasilitas yang hampir sama dalam hal mengenai waktu, untuk para penjual di pasar tradisional tentu tak sedikit yang mengawali hari mereka dengan memulai kehidupannya dari jam 02.00 atau 03.00 pagi dan tidak ada busway yang beroperasi di jam-jam itu, kebanyakan angkutan yang tersedia adalah ojek atau bajaj, untuk yang barang bawaannya sedikit mungkin cukup menggunakan ojek, tapi bagaimana dengan yang barang bawaanya tak sedikit? Tentu bajaj menjadi salah satu alternatif pilihan terkuat.
Peninggalan Zaman Dulu
Kalau dulu kita kenal di Jakarta ini ada beberapa jenis angkutan, misalnya oplet, bajaj, mikrolet, kopaja, semuanya rata rata paling pagi beroperasi sesudah shubuh, di zaman yang serba modern ini mungkin sudah jarang sekali kita mendengar oplet, bahkan mungkin sudah punah, salah satu peniggalan yang tersisa bajaj, mikrolet atau metro mini, kopaja, dan yang paling pagi beroperasi kebanyakan adalah bajaj ini, itu salah satu alasan kenapa bajaj masih diminati dan dinikmati oleh pecintanya.
Tarifnya yang relatif murah juga bisa menjadi faktor penentu terpilihnya bajaj sebagai transportasi yang masih diminati oleh pelanggannya, juga bentuknya yang cenderung antik dan merakyat, apalagi asap knalpot dan suaranya yang khas selalu menjadi ciri dan daya tarik tersendiri, dan membuat orang merasa tidak minder bila harus menuju tempat-tempat yang cenderung becek, kotor, dan begitu kental dengan bau kehidupan, tapi jangan salah mengira bahwa peminat bajaj selalu yang cenderung berbau pasar tradisional dan identik dengan rakyat jelata, keunikan dan keantikan bajaj ini ternyata juga memiliki daya tarik tersendiri bagi para wisatawan luar Jakarta atau bahkan artis – artis ibukota sendiri, tak jarang mereka sengaja menaiki bajaj hanya untuk menikmati sensasi keunikan dan keantikannya saja, atau menikmati suaranya yang tak kalah bila dibanding party club yang juga “berisik”.

Asapmu Membunuhku
Pencemaran udara akibat asap knalpot sebenarnya tak asing lagi di kehidupan yang serba teknologi seperti sekarang ini, apalagi polusi udara yang ditimbulkan knalpot-knalpot kendaraan bermotor yang semakin ramai lalu lalang di jalanan ibukota, motor sudah bisa didapat dengan harga yang relatif murah, satu kepala keluarga yang berisi katakanlah tiga orang itu saja memiliki tiga motor dan dua mobil, kebanyakan bukan masalah kebutuhan tapi akibat gengsi, ini salah satu akibat yang ditimbulkan bila salah pergaulan di kota Metropolitan yang sarat akan maraknya budaya barat, bersaing dalam kepemilikikan harta benda yang sesungguhnya tak begitu diperlukan.
Kalau kita mau sedikit berhemat dengan memanfaatkan fasilitas yang diberikan oleh pemerintah kita benar–benar sudah mengurangi dampak akibat pemanasan global yang terjadi, asap knalpot merupakan salah satu penyebab terbanyak pemanasan global, bersabar sedikit demi ke-awet-an bumi kita ini, bukan untuk orang lain, melainkan untuk anak cucu kita sendiri.


Bajaj yang menggunakan mesin 2tak tentu mengakibatkan asap yang sangat “wah”, tapi kalau kita telusuri bukan asapnya lagi yang seharusnya kita bahas tetapi dilihat dari berbagai sudut, dan berbagai sebab, kalau kita mau telusuri, polusi dari knalpot bajaj lebih “wah” daripada model transportasi yang lain, sopir bajaj cenderung kurang mematuhi aturan-aturan berkendaraan yang telah dibuat di jalan raya, dan sebagainya, dan sebagainya, kalau kita mau sedikit berpikir, asap knalpot bajaj tidak akan ada kalau bajaj dan sopir yang menjalankan tidak ada atau salah satunya tidak ada, pelanggaran terhadap aturan-aturan berkendara dan hukum-hukum lalu lintas tidak terjadi jika pelaku keamanan yang menjalankan mampu memberikan jaminan keamanan bagi yang tidak melanggar.
Kenyataanya kasus polisi yang menilang masyarakat hanya demi sepeser uang, masih banyak di luar sana, kalau hanya dengan membayar seperti itu para pelaku pelanggaran bisa bebas tentu bukan hal yang mustahil mereka tidak ragu untuk terus mengulangi kesalahan itu lagi, kenapa? Karena efek yang ditimbulkan dari membayar polisi menilang itu tadi membuat pelaku pelanggaran meremehkan akan adanya polisi, pelaku keamanan dan hukum yang berlaku dan dijalankan, mereka pasti berpikir begini gampangnya hukum di Indonesia, ini banyak sekali contohnya tentu tidak akan saya tuliskan semuanya disini.
Lalu kita masuk lebih dalam lagi, kenapa banyak orang-orang yang masih mau menjadi sopir bajaj?, kenapa orang-orang ini (sopir bajaj) mau berprofesi sebagai sopir bajaj?, berbagai ilmu rasional pun saya kira mampu menjelaskannya, karena tidak adanya kesempatan kerja lain yang hasilnya sebanding atau bahkan lebih baik bagi sopir-sopir ini, bajaj, setorannya lebih murah, tidak ada aturan yang se-njelimet angkutan-angkutan lainnya, banyak lagi contoh- contoh alasan lainnya yang cenderung membuat orang-orang tersebut melihat tak ada pekerjaan lain yang sepertinya lebih memungkinkan selain sopir bajaj.
Musnahkan Sampai Ke Akar
Sudah menjadi tugas dan kewajiban setiap manusia untuk saling memberikan keamanan akan nyawa, martabat dan harta bagi manusia lainnya, jadi kalau kita ingin bajaj itu hilang peradabannya dari kota Jakarta tentu harus ada jaminan keamanan harta, martabat, dan nyawa itu tadi bagi para sopir bajaj dan para perangkat-perangkat pendukung terbentuknya peradaban bajaj (misal: sopir bajaj, juragan bajaj, pelanggan penikmat bajaj, dll), tentu dengan proses yang perlahan lahan, dan pastinya banyak melewati berbagai macam prosedur hukum yang tentu tidak gampang, tidak hanya dengan pertimbangan-pertimbangan hukum dan politik saja, tapi juga mempertimbangkan semua kemungkinannya dari segi kemanusiaan dan akhlak, apalagi dengan carut marutnya dunia perpolitikan di pemerintahan kita baik pemerintah pusat ataupun pemerintah daerah saat ini.
Untuk menghilangkan bajaj salah satu caranya tentu kita harus memindahkan sopir dan merubah cara pandang dan pola pikir si sopir bahwa ada banyak pekerjaan lain yang lebih baik dibanding sopir bajaj tentu dengan kompensasi jaminan pekerjaan pengganti untuk sopir-sopirnya dan tentu saja pengganti tersebut tidak sembarang pekerjaan, harus kita perhitungkan juga dengan bandingannya adalah segala yang ia dapat dari pekerjaan sebagai sopir bajaj, misal penghasilannya bila dibanding saat dia menjadi sopir itu ada jaminan lebih baik atau tidak.
Kalau pemerintah setempat tidak mampu memberikan jaminan pekerjaan yang mampu menggantikan pekerjaan lama mereka, tentu berputus asa ataumembiarkan saja semua kembali berjalan begitu saja dengan keresahan yang masih menggeliat di benak masayarakat yang terganggu oleh keberadaan bajaj adalah bukan jalan terbaik, masih banyak alternatif penyelesaian jalan yang bisa ditempuh, mungkin salah satunya, bila para sopir yang menekuni pekerjaannya ini adalah pendatang, bisa diadakan komunikasi antar pemerintah daerah, hal-hal apa saja yang sampai menyebabkan penduduk dari kota A ini mendadak bertransmigrasi ke kota B padahal tidak ada jaminan di kota B ini kehidupan mereka menjadi lebih baik, juga yang di pemerintah daerah kota asal mereka pun juga sebaiknya memberikan jaminan bahwa di kota mereka sendiri mereka bisa mendapat pekerjaan yang lebih baik daripada di perantauan, itu semua harus dikomunikasikan, dibicarakan, didiskusikan, sampai mendapat kesepakatan yang benar-benar baik untuk semua pihak yang terkait, kalau tidak, tentu kekecewaan masyarakat dan warga bisa jadi masalah serius bagai api dalam sekam kalau dibiarkan saja, bukan hanya masalah bagi pemerintah daerah asal transmigran, tapi juga pemerintah kota tujuan transmigran.
Kompensasi atas kerugian yang diderita para pemilik bajaj juga harus kita perhitungkan, banyak macam-macam caranya misalnya pemerintah membeli semua bajaj miliknya dengan uang lalu ditambah dengan modal untuk memulai usaha yang baru, peran pemerintah yang menjamin warga nya tidak berhenti sampai disini jenis dan usaha baru yang dipilih itu pun juga harus ada jaminan keamanan dan kenyamanannya maksudnya paling tidak penghasilan pekerjaan baru mereka itu tidak mengurangi atau sama dengan penghasilan mereka pada saat masih menjadi jugragan bajaj, prosesnya harus dengan jalan hukum yang baik dan prosedur yang sesuai undang-undang dan aturan dan hukum yang berlaku hingga tercapai kesepakatan bersama dan tidak ada yang saling dirugikan, baik juragan bajaj atau pemerintah.
Juga tidak boleh dilupakan, bahwa jaminan-jaminan tersebut tidak hanya untuk para pekerja bajaj, ataupun juragan bajaj saja, para penggunanya pun harus diberi jaminan bahwa transportasi yang ada saat ini yang notabene adalah juga pengganti bajaj, sudahsangat ramah bagi masyarakat atau warga, standarisasi sangat ramah itu bisa ditinjau dari fasilitasnya, kemurahan tarifnya, keamanannya, kenyamanannya untuk sampai ke tempat tujuan, kemudahan akses penggunaanya untuk orang awam, mampu melayani para pengunjung pasar dan penjualnya yang mayoritas sudah memulai kehidupannya dari jam 01.00 dini hari atau tidak, juga termasuk kenyamanan pengguna wanita yang belakangan menjadi sorotan karena ada laporan-laporan terjadi pelecahan seksual di kendaraan umum bahkan di busway, entah itu hanya berupa desak-desakan atau sentuhan-sentuhan yang disengaja ataupun tidak, masih banyak lagi yang lain jaminan-jaminan kenyamanan penumpang yang didapat dari bajaj yang kalau berniat menghilangkan bajaj seyogyanya kendaraan yang ada atau tujuannya menggantikan itu memenuhi, menampung, dan menyediakan semua fasilitas yang bisa diberikan bajaj.
Bajajku Sayang Bajajku Malang
Bila kita masih ingin menikmati jenis transpotasi ini, kita juga bisa tetap membiarkannya beroperasi, dengan harapan tidak ada yang merasa dirugikan dengan beroperasinya transportasi ini, bajaj dan perangkat-perangkatnya tetap diberi ijin untuk berkendara, dengan aturan-aturan yang sesuai dengan undang-undang, peraturan daerah, dan hukum yang berlaku dan harus disepakati bersama, antara penegak hukum, sopir bajaj, dan pengguna jalan yang lain, kalau masalah yang terjadi misalnya kenapa bajaj cenderung melanggar aturan-aturan berkendara di jalan raya, contohnya memutar seenaknya di tengah jalan dan sebagainya, itu seperti kita bicarakan di awal, penegakan hukum itu menghukum yang bersalah dengan se adil-adilnya, tidak memandang itu siapa atau apa.
Dengan model penerapan hukum seperti itu kemungkinannya si pelanggar peraturan bisa jadi kapok dan jera, dan tidak mau lagi mengulangi kesalahannya, perlu diingat beberapa pertimbangan pelanggar hukum dan peraturan mengulangi kesalahannya adalah karena memang orangnya ndableg, atau memang jenis hukuman yang diberikan terlalu ringan, atau bisa juga terjadi human error di bagian penegak hukum, misalnya si pelanggar hukum bisa menawar sampai batas-batas hukuman yang sangat ringan atau bahkan bisa dibebaskan, dengan kompensasi uang atau semacamnya yang jumlahnya tergantung tingkat kesalahan atau pelanggaran yang dilakukan.
Kasus pelanggaran ini bahkan ada yang melakukannya dengan terpaksa karena kesulitan ekonomi.Orang yang masalah utamanya adalah kesulitan ekonomi seperti itu, berarti ada banyak kemungkinan yang memaksanya berada di kondisi yang seperti itu, pertama pendapatanya yang memang tidak memadai bisa disebabkan karena kurangnya pengetahuan tentang me manage gaji, atau memang ada tindakan-tindakan tertentu yang mengakibatkan pembagian penghasilan tidak merata,tingkat stres seseorang juga bisa menjadi faktor penyebab seseorang melakukan pelanggaran hukum.
Kembali masalah bajaj, penyebab para sopir melakukan pelanggaran-pelanggaran bisa juga karena faktor-faktor tersebut, maka dari itu kalau ingin sopir-sopir bajaj yang taat hukum ditinjau dulu apa yang menyebabkan mereka melanggar dari segala hal, pemerintah dan penegak hukum tidak boleh hanya menyalahkan salah satupihak dan membenarkan pihak yang lain, harus benar-benar diperhitungkan segla seuatunya, kalau memang sumber penyebab kesalahan terletak pada pemerintah dan penegak tentu harus ada tindakan pertanggung jawaban, dan tindakan perbaikan, kalau sudah diperbaiki dari aparat sendiri, tentu memperbaiki para pelanggar juga tidak menimbulkan chaos-chaos karena ketidakadilan, ketimpangan hukum dan sebagainya.
Sedangkan bila yang menimbulkan keresahan masyarakat merupakan masalah alatnya, atau teknologinya misal suaranya yang berisik, atau asap polusi yang bisa membuat pingsan orang yang menghirupnya, itu bisa dibicarakan oleh pihak pemerintah dengan juragan-juragan pemilik bajaj, dirunding, baiknya bagaimana, mungkin dengan modal pinjaman dari pemerintah yang jumlahnya bisa digunakan oleh juragan-juragan bajaj untuk membenahi bajaj mereka, dengan syarat-syarat dan prosedur yang disepakati bersama, juga dengan konsekuensi bajaj harus benar benar diperbaiki atau bahkan tukar tambah dengan yang baru, tujuannya untuk memenuhi standar-standar kendaraan yang baik dan ramah lingkungan yang dibuat oleh pemerintah, berdasarkan undang-undang dan peraturan yang berlaku, dan tentu saja harus disepakati bersama dan tidak membebani salah satu pihak.
Dibuang Sayang…
Model-model penerapan dan pengambilan kesepakatan bersama seperti itu bisa digunakan dimana saja, kapan saja, dan oleh siapa saja tidak harus pelaku utamanya pemerintah, tapi kita semua, dengan kesadaran akhlak dan moral dari pribadi masing-masing, karena tujuan dan keinginan kita bagi negara ini diantaranya persatuan seluruh komponen di Indonesia, dan keadilan yang benar benar merata bagi seluruh rakyat Indonesia.
Kekuatan negara kita terdiri dari lima pilar, yang pertama rakyat, yang kedua para kaum intelektual, cendekiawan, ulama dan sebagainya, yang ketiga TNI atau Tentara Rakyat, yang keempat kebudayaan dan tradisi, yang kelima keagamaan. Tuan rumah negeri ini adalah rakyat, pemerintah tugasnya adalah membantu rakyat mengelola SDM dan SDA dengan sistem-sistem dan undang-undang yang sudah ditetapkan, kelima pilar itu saling berkerja sama satu sama lain, derajat pemerintahan tidak boleh lebih tinggi dari rakyat, sebagian hasil yang sudah dikelola harus kembali ke rakyat untuk memenuhi kebutuhan rakyat seperti menggratiskan sekolah dan kesehatan, dan sebagian lainnya untuk menunjang pengelolaan SDM dan SDA yang sedang berlangsung.
Bajaj sebenarnya hanyalah cerminan rakyat,cerminan wajah kita semua yang tidak mendapat hak-hak nya sebagai rakyat, yang hanya diperlakukan sebagai entah siapa, dan hanya di eksploitir oleh sistem-sistem dan birokrasi yang hanya berkepentingan mendatangkan keuntungan sepihak ataupun perseorangan, dan ironisnya kita tidak mampu berbuat apa-apa untuk merubahnya, dan terpaksa menerimanya sampai suatu saat kita tidak sadar bahwa kita sedang diperkosa, bukan oleh belanda, tapi malah oleh saudara kita sendiri, dan kita tidak peduli dengan itu semua.
Sebagai penutup saya kutipkan beberapa bait puisi dari salah satu tokoh idola saya,
Yang seharusnya menjaga malah mencampakkan
Yang bertugas melayani malah merendahkanmu
Yang semestinya bekerja untukmu malah memperbudakmu
Yang berkewajiban untuk menjunjung harkatmu malah menghancurkan nasibmu
Ya Tuhan kami aus dan Engkau bersabar membiarkan kebobrokan pribadi kami,
kejahatan lembaga kelicikan kelompok, daftar sembelih dan peta serbuan
Ya Tuhan kenapa tak Kau obrak-abrik target-target kejahatan di antara kami
Kenapa tak Kau kacaukanlah rancangan kami
Tak Kau ambrukkan rekayasa-rekayasa culas ini
(Emha Ainun Nadjib)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline