Lihat ke Halaman Asli

Hujan Merah Jambu

Diperbarui: 26 Juni 2015   07:11

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Senyummu adalah gerimis pertama

Yang menyiram kegersangan kalbu

Setelah kemarau panjang di awal musim

Lembab, dingin menelisik jauh ke dasar hati

Melumerkan tiap kepingan darah yang sempat membatu

Semusim ku dapati dirimu berjungkat-jungkit

Dalam jangkar sepi di bawah bias mentari

Ilalang bisu menatapmu riang

Melambai di padang tak bertuan

Apa gerangan yang kau rengkuah dalam dekapanmu?

Mataku menangkap ada segumpal hati

Bagai permukaan bulan di sana

Berkawah, penuh lubang terpapar

Wajahmu tersaput kabut samar

Memburatkan bayang hampa

Kedua korneamu bicara mengiyaratkan makna

Ada bilur penyesalan terpantul

Di antara kicauan burung dan desau angin menerpa

Kauucapkan namaku perlahan

Seolah sengau dan tak lantang

Nadamu terdengar gamang untuk dilontarkan

Ada semburat keraguan terpancar

Percayalah aku bukan algojo yang akan mencincang jantungmu

Berikan gumpalah hatimu yang cacat itu padaku

Akan ku tutupi palungnya dengan alirannadi

Hingga menciptakan hujan merah jambu

Membasuh jiwamu yang berkalang luka




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline