Lihat ke Halaman Asli

Dengarkan Mereka atau Mereka akan Mati

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:49

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Dengarkanlah aku…

Aku berbicara dengan kata2 yang lugas, diatur oleh protokoler nan resmi. Bahasa tubuhku juga diatur sedemikian rupa untuk mendapatkan charisma. Dengarkanlah aku… aku berbicara untukmu, aku pengen kamu melihat aku bekerja keras untukmu, untuk Negara ini. maka, dengarkan..patuhi apa yang aku katakan…apresiasi pencitraanku. Aku mohon….

Dengarkan aku..

Aku membawa massa, aku tahu aku tidak akan didengar jika sendirian. Aku mengajak banyak orang meskipun mereka tidak menyuarakan suara yang sama denganku, bahkan klo perlu aku akan membayar mereka agar seolah-olah mereka berbicara sesuai kepentinganku. Dengarkan aku… aku menggugat. Aku akan senantiasa menggugat. Apapun yang kamu lakukan, aku akan menggugatmu. Hanya karena kamu berkuasa atas diriku. Aku tidak suka kehidupanku, dan kamu harus bertangungjawab atas kehidupanku.

Dengarkahlah aku..

Aku tidak bisa menangkap apa yang kamu katakana, aku tidak bisa berkomunikasi seperti kebanyakan orang. Tapi aku juga butuh didengarkan untuk bertahan hidup dari depresi, agar aku tidak kesepian. Dengarkan aku, buatlah aku mengerti. Aku akan mengerti yang ingin kamu lakukan padaku, aku akan mengerti apa perintahkan padaku, tapi terlebih dulu kamu perlu mengerti kondisiku. Kamu perlu sedikit berusaha menarik perhatianku, kamu perlu sesekali memegang tangaku, memelukku hanya untuk membuatku tenang dari gerakanku yang tidak terkendali. Dengarkan aku…buat aku nyaman dan hidup normal. Meskipun kamu bilang menjadi orang normal kadang begitu membosankan juga…

Dengarkanlah aku..

Aku menulis dimedia masa, aku tidak suka kebijakanmu. Aku suka menemukan kesalahanmu. Aku akan turun ke jalan bersama kawan-kawan. Aku tidak suka hanya belajar dikelas. Aku akan menunjukan padamu bahwa aku juga punya suara. Sama sepertimu, aku juga punya akal, aku ingin dianggap sama sepertimu meski aku baru belajar. Aku tidak suka menjadi kecil meskipun aku memang masih jauh lebih kecil dari dirimu. Aku butuh ruang kreasi, aku butuh persaingan, aku butuh membuat inovasi. Dengarkanlah aku…

Dengarkanlah aku..

Aku tawuran, aku butuh diaggap jagoan. Tanganku butuh untuk digerakkan. Pikirku perlu diajak berlogika menurut caraku bukan caramu yang membosankan. Aku butuh sesuatu yang baru. Aku suka hal baru. Aku suka bersama teman-teman yang sepertinya lebih mengerti aku daripada orang dewasa. Aku tidak suka diarahkan, aku lebih suka menunjukan caraku. Aku suka diperhatikan.

Dengarkan aku..

Aku mencintainya, apapun kata dia. Aku memperhatikanya dan bersedia mati untuknya. Aku serahkan semua untukmu. Aku memberikan yang terbaik. Cepat atau lambat dunia akan mendengarkan aku sebagai orang yang bisa mencintai dengan tulus. Dengarkan aku… apresiasi cintaku…

Tidak ada cara yang paling baik untuk mengungkapkan sesuatu. Tidak ada cara terbaik untuk bicara. Tidak ada cara terbaik untuk memberi kecuali memberi pada yang sanggup menerimanya. Yang ada hanyalah cara mendengar dengan bijak. Apapun yang mereka katakan, memastikan bahwa kita mendengar apa yang ingin dkatakanya. Kadang masih merasa aneh dengan orang2 yang membenarkan suatu istilah dan mendebatnya, membicarakan panjang lebar. Kenapa kita tidak mendengar apa yang sebenernya ingin seseorang sampaikan?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline