Lihat ke Halaman Asli

Realita Kehidupan Masa Kini

Diperbarui: 26 Juni 2015   09:51

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

hari-hariku selalu dipenuhi dengan kebahagiaan, kesedihan kadang kesusahan yang menerpa dan kadang tak menentu. kadang aku merasakan hidup ini tak adil bagiku karena aku merasa apa yang aku dapatkan masih saja kurang seperti halnya kata-kata"murka" tetapi banyak orang yang memandang aku seperti orang yang selalu bahagia dan tidak pernah mendapatkan masalah, itu hanya pemandangan yang hanya dilihat sebelah mata saja oleh orang lain. aku sering merenung sendiri bagaimana aku harus bersyukur dengan apa yang aku dapatkan saat ini. aku menyadari setelah aku melihat banyak orang yang masih lebih memerlukan bantuan disekitarku. saat itu aku berfikir bagaimana aku bisa membantu orang yang memerlukan bantuan itu padahal aku saja masih belum bisa membantu bahkan membahagiakan orangtuaku.
setiap aku pulang kuliah aku sering melihat kakek-kakek yang menjual es lilin dengan berjalan kaki, padahal berjualan seperti itu apakah banyak keuntungan yang diperolehnya? g' banyak paling cuma seratus rupiah saja keuntungan yang diperoleh, hujan saja ia masih berjualan tenpa menggunakan pelindung hujan kakek itu tetap membunyikan kncingan yang digunakan untuk memanggil pembeli. bayangkan saja setiap pagi entah panas entah hujan ia tidak menghiraukannya. dalam hati aku menagis yaallah kenapa kakek itu tegar sekali tidak pantang menyerah walaupun hanya sedikit upah yang diterimanya.
bandingkan saja dengan pejabat tinggi yang setiap bulan bahkan setiap hari mendapatkan uang yang lebih mereka tidak mensyujuri apa yang didapatkannya, tetapi mereka masih murka mereka ingin mendapatkan uang yang lebih dengan korupsi dan jalan yang tidak halal.
mereka tidak mengetahui bahwa masih banyak orang yang memerlukan bantuan dan harus dibantu malah pejabat itu bersenang-senang menggunakan uang haramnya untuk berfoya-foya.
bayangkan bagaimana cara menindaklanjuti hal tersebut....
seorang kakek yang berjualan es dengan upah seratus rupiah lebih terhormat dan bermoral dari pada pejabat yang mempunyai gaji berjuta-juta tetapi juga melakukan korupsi dan memakan uang haramnya...

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline