Lihat ke Halaman Asli

Bahasa Sandi Petugas Keamanan

Diperbarui: 26 Juni 2015   11:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

12893478361597484191

Dalam keriuhan menyambut dan menentang kedatangan Obama ke Jakarta 9 November 2010, ada sekelompok kecil pendukung demokrasi menyuarakan "penolakan terhadap pemilu Burma" di depan kedutaan Burma dan kantor UNDP di Jakarta. Burma adalah sebuah negara kecil, tetapi kerap masuk ke dalam berita aktivis demokrasi dan HAM, karena banyaknya pelanggaran yang terjadi di sana. Aung San Suu Kyi adalah salah satu isu yang kerap didengar, tetapi sebagaimana denomena gunung es, di bawahnya ada banyak pelanggaran HAM yang diderita oleh jauh lebih banyak orang. Pemerintah junta militer tidak menghargai hak sipil dan politik warga negara, terutama kaum etnis. Negara-negara ASEAN tak bersuara, karena policy ASEAN adalah tidak mencampuri urusan dalam negeri anggota-anggotanya. Tetapi kenyataannya, Burma juga merupakan batu sandungan bagi ASEAN dalam hubungan dunia internasional. [caption id="attachment_74459" align="aligncenter" width="1024" caption="Demo di depan kedutaan Burma di Jakarta"][/caption] SIAP = Solidarity Indonesia for Asian People, merupakan koalisi dari beberapa elemen aktivis demokrasi di Jakarta, salah satunya adalah KIPP, Komite Independen Pemantau Pemilu. Organisasi pemantau pemilu pertama di Indonesia yang berdiri sejak tahun 1996. Setelah berorasi di depan kedutaan Burma, SIAP menuju kantor PBB yang terletak di Jl. M.H. Thamrin. Untuk menyampaikan pesan, bahwa PBB harus lebih aktif lagi untuk menyelesaikan masalah Burma. [caption id="attachment_74461" align="aligncenter" width="300" caption="Pembacaan pernyataan sikap KIPP di depan gedung PBB"]

128934960727066638

[/caption] Sayang, usaha pendidikan demokrasi yang dilakukan oleh para aktivis demokrasi ini diwarnai oleh insiden yang tidak patut. Perwakilan PBB mengizinkan 3 orang dari para demonstran yang jumlahnya tidak lebih dari 11 orang ini untuk masuk dan berdialog. Tetapi oknum pihak keamanan menyebutkan 'tiga ekor', sehingga membuat berang para aktivis dan menuntut oknum yang menyebutkan kata-kata ini untuk meminta maaf. Para petugas keamanan ini minta maaf setelah didesak juga oleh polisi yang mengawal demo. Argumen mereka adalah 'ekor' adalah bahasa sandi mereka (?????!!!!!). Kok, bisa ? Tempat seprestisius tersebut memiliki bahasa sandi yang melecehkan. Pipit Apriani, divisi Hubungan Internasional KIPP Indonesia, International Election Observer, jaringan ANFREL (Asia Network For Free Election)



BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline