Posisi Asia Tenggara tidak kalah pentingnya dalam sejarah maritim. Telah berabad-abad wilayah ini menempati posisi stratgeis dalam jalur pelayaran dan perdagangan antar bangsa, antar negara, dan antar pulau. Peran strategis kawasan ini dapat dilihat jika melihat penting dan posisi sejarah Sriwijaya, Ayutthaya, dan kerajaan-kerajaan Melayu di sepanjang Semenanjung Melayu. Negeri-negeri ini turut berperan aktif dalam membangun peradaban dan perdagangan di wilayah ini.
Keadaan geografis di wilayah ini sangat mendukung untuk perdagangan internasional. Kondisi geografis dalam jalur perdagangan internasional ini diapit oleh 2 samudera yaitu Samudera Hindia dan Samudera Pasifik. Sehingga perdagangan bisa dilakukan melalui 2 jalur yaitu lautan dan daratan. India dan negara Asia Tenggara memiliki kondisi geografis yang baik untuk menanam berbagai komoditas perdagangan yang dapat diperjualbelikan oleh pedagang-pedangan.
Kerajaan-kerajaan di India yang memiliki hubungan baik dengan Asia Tenggara dalam perdagangan dan budaya yaitu :
- Guptas (240 -- 550 M). Zaman ini dalam buku sejarah disebut sebagai Golden Age (zaman keemasan di India). Kerajaan ini memiliki hubungan baik dengan Sri Lanka, Burma, dan negara Asia Tenggara lainnya.
- Pallavas (275 M -- 897 M ) adalah kerajaan di India Selatan. Kerajaan ini punya hubungan baik dengan negara Asia Tenggara. Sampai saat ini setiap inskripsi/cara menulis /tulisan/aksara di Asia Tenggara 99% datang dari inskirpsi Pallawa namanya aksara Brahmi.
- Cholas (300 -- 1279). Ini adalah dinasti atau kerajaan yang paling panjang dan besar di daerah ini. Di zaman ini ada banyak tukar menukar dari India Selatan sampai Asia Tenggara. Dan kerajaan ini mempunyai hubungan langsung dengan kerajaan di Indo-China, Sumatera, Jawa, dan lain-lain.
Indo-Pasifik adalah wilayah atau negara yang membentang dari Samudera Hindia hingga Samudera Pasifik kecuali China. 1 tahun yang lalu disebut Asia-Pasifik sedangkan oleh Amerika disebut Indo-Pasifik. Terminologi ini diberikan hanya untuk mengeluarkan China dari wilayah ini. Jadi Indo-Pasifik adalah negara-negara di wilayah ini kecuali China. Di wilayah ini dahulu kala ada jalur perdagangan internasional. Selain perdagangan yang dilakukan di daratan ternyata dilakukan pula melalui lautan atau samudera. Dalam berdagangan orang-orang di wilayah ini memanfaatkan adanya angin muson. Angin muson sendiri adalah angin yang berubah arah setaip tahunnya dalam hal ini ada angin muson barat (Indian Ocean ke Asia Tenggara) dan angin muson timur (Asia Tenggara ke Indian Ocean). Pedagangan India akan berangkat pada bulan Mei dan akan pulang bilan Juli atau Agustus.
Zona perdagangan dan pertukaran barang di wilayah Asia Tenggara memiliki 5 kawasan penting. 5 kawasan penting tersebut yaitu 1) Semenanjung Melayu bagian utara dan pantai Vietnam bagian sekatan pada milenium akhir SM, 2) Sekitar Laut Jawa pada abad ke-2 dan ke-3 M, 3) Selat Malaka pada awal kelima masehi, 4) Pantai Tenggara Sumatera untuk menjadi penghubung Kalimantan bagian Barat, Jawa, 5) Pulau-pulau lain di bagian timur maupun semenanjung Melayu dan pedalamannya.
Jalur perdagangan dimulai oleh pedagang dari Arab, India, dengan dibantu angin muson hingga sampai ke Asia Tenggara (Sumatera, Jawa). Di Lothal para pedagangan India dan sudah menyiapkan kapal laut mereka untuk berlayar. Setiap kapal memiliki kapasitas sekitar 30 ton yang dapat memuat 40 -- 50 awak kapal dan barang bawaaan. Laut di dermaga Lothal tidak tinggi dan dengan dibantu angin kencang sampailah ke Indonesia (Sumatera, Jawa, Borneo), China Selatan, China, dan lain-lain. Perdagangan dengan laut bukan berarti secara langsung menyeberang di tengah lautan tetapi kapal-kapal laut berlayar di lautan yang dekat dengan daratan. Jalur perdagangan di daratan hampir mirip yaitu dari Sumatera, Jawa, Malaya, Indo-China, kemudian menyebar ke India dan wilayah lainnya. Wilayah Indo-China terdiiri dari 3 negara yaitu Kamboja, laos, dan Vietnam. Sedangkan Myanmar atau Burma menjadi satu dengan India dalam penjajahan Inggris. Perdagangan di daratan didukung dengan adanya 3 sungai besar yang mengalir dari pegunungan Himalaya ke beberapa negara akan mengalirkan perdagangan.
Para pedagang yang datang dari India ke Indonesia akan transit di selat-selat di Indonesia. Pedagang-pedagang tersebut membawa komoditas dari wilayah asalnya yang siap diperjualbelikan atau ditukarkan di Indonesia dan negara Asia Tenggara lainnya. Dari Selat Malaka akan menyebar ke Sumatera, Jawa, Bali, dan sekitarnya. Tidak hanya Selat Malaka tetapi pedagang juga datang ke Selat Sunda dan yang lainnya. Selat Malaka dan Selat Sunda merupakan salah satu jalur perdagangan kuno yang menghubungkan berbagai daerah di Asia Tenggara dengan India Selatan, India Timur, India Tenggara. oleh karena itu terjalinlah hubungan yang erat antara India, Indonesia, dan negara-negara lain Indo-China.
Antara pedagang India dengan pedagang lokal saling bertukar komoditas yang dihasilkan dari wilayah asli masing-masing. Pertukaran rempah-rempah terjadi dengan pedagang lokal karena ketidaktersediaan beberapa jenis rempah antara kedua belah pihak. Selain rempah, komoditas lain yang diperjualbelikan yaitu sutera, emas, perak, tembaga, perhiasan, dan lain-lain. India banyak memberikan biji-bijian, sutera, dan obat-obatan. Sedangkan India membawa atau membeli emas dan batu-batu mulia dari Sumatera, Jawa, dan daerah lain di Indonesia. Komponen-komponen perdagangan kuno India adalah rempang-rempah dan minyak. Dari komponen-komponen tersebut India bisa membawa dan membeli emas dari seluruh dunia seperti dari Sumatera (dalam bahasa Sansekerta Sumatera berarti Pulau Emas). Orang-orang India sangat menyukai dan banyak menggunakan emas, sampai saat ini orang-orang India terutama perempuan menggunakan perhiasan emas sebagai simbol kemakmuran.
Kota yang sangat ramai sebagai tempat bertemunya pedagang India dan Indonesia saat itu adalah Palembang. Dari pedagang yang datang ada beberapa yang memutuskan tinggal menetap di Indonesia. oleh karena itu banyak orang terutama di Sumatera Barat yang memiliki kemiripan dengan orang India. Kemudian terjadilah akulturasi budaya india di Indonesia. Wilayah-wilayah ini disebut Indic Belt karena mempunyai kebudayaan Indic. Jika di Indonesia ada tempat transit yaitu Kota Palembang maka di India juga ada tempat semacam itu yang ada di Kochim, India Selatan. Banyak orang Indonesia yang tinggal di Kalingga bahkan masih merayakan hari perjalanan ke Bali dengan berkumpul dan menghanyutkan kapal-kapal kecil dengan lilin.
Jalur perdagangan internasional antara India dengan Asia Tenggara dimulai dari Arab, Lothal, hingga sampai ke Asia Tenggara. Posisi dan letak geografis India dan negara-negara Asia Tenggara sangat strategis dan menguntungkan dalam perdagangan. Perdagangan internasional yang dilakukan melalui 2 jalur yaitu jalur lautan dan jalur daratan. Setelah sampai ke Asia Tengara melewati Selat Malaka mulailah para pedangang India untuk memperjualbelikan dagangannya kepada pedagang lokal begitu pula sebaliknya. Berbagai macam komoditas yang diperjualkan oleh kedua belah pihak yaitu rempah-rempah, minyak, obat-obatan, emas, sutera, dan lain-lain. Setelah selesai berdagang selama beberapa bulan, pedagang India kembali ke daerah asalnya tetapi ada yang tinggal dan menetap di Indonesia. kemudian terjadilah akulturasi dalam masyarakat sekitar. Beberapa kerajaan besar di Indonesia dan Indo-China menjalin hubungan dengan kerajaan di India. Dan antara kerajaan tersebut saling membawa dan menjual komoditas dari daerah masing-masing.