Lihat ke Halaman Asli

Pipiet Senja

TERVERIFIKASI

Sau Mau Ping, Negeri Para Nenek dengan Fasilitas Umum:Wah!

Diperbarui: 26 Juni 2015   14:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Beberapa hari yang lalu, aku diundang oleh Hj. Neneng Saribanon yang tinggal di kawasan Sau Mau Ping, Hong Kong. Karena tidak dapat izin keluyuran sendirian di negeri beton ini, meskipun telah meyakinkan bahwa aku janji tidak bakalan nyasar…. Weleeeh, pokoknya keukeuh saja harus ditemani ke mana pun daku melangkah. Semua penghuni DD HK sepertinya ketakutan ada manini lost in Hong Kong. Hehe!

Maka, kuminta Melani untuk menemani. Neneng telah memberi alamat, di mana kami bisa berjumpa. Kami diinstruksikan harus naik bus 601 dari Causeway Bay, tak jauh dari Sogo, tiketnya 9,3 dolar HK. Aku masih ada octopus pemberian Ustadz Ghofur. Jadi, ke mana pun pergi dengan bis atau MTR bisa memanfaatkan octopus, semacam tiket mirip ATM, bahkan bisa dipakai sebagai alat pembayaran untuk belanja, diisi secara berkala di 7 Eleven.

Setelah menanti agak lama, bisnya tak muncul jua, ternyata kami salah halte. Sambil ketawa-ketiwi kami berdua, aku dan Melani balik arah menyeberang, dan menanti di halte yang seharusnya, tak jauh dari HSBC masih di kawasan Causeway Bay.
Sepanjang perjalanan itu, jeprat-jepret lah!

Semakin jauh bis membawa kami, ternyata semakin banyak pemandangan menghijau yang bisa kami lihat.
“Baru tahu, ternyata ada kawasan yang banyak pepohonannya di negeri beton ini, ya,” gumamku, tersihir lanskap alam yang lumayan segar, hijau royo-royo.

“Aku juga belum pernah ke sini, Teteh,” ujar Melani yang telah lebih setahun tinggal di kawasan Li Wen Court, Haven Street.
Kami turun di terminal Sau Mau Ping Road, pemberhentian mobil terakhir, kemudian menyeberang menuju sebuah pusat perbelanjaan. Ops, jika dicermati, di Hong Kong sepertinya di mana-mana selalu ada tempat blanja-blanji. Jadi, kurang tepat juga jika disebut pusat perbelanjaan. Ya, inilah sebuah negeri yang tempat belanjanya ada di setiap sudut!

“Kita ke sana, Teteh,” ajak Melani setelah menghubungi Neneng Saribanon. “Dia bilang akan muncul sebentar lagi di Mc.D itu.”
Kami pun menyeberang di bawah hujan yang mendadak turun dengan lebat!

Sambil hahehoh alias megap-megap kami berlari dan berlari terus, hingga sampailah di teras Mc.D. Aku mulai merasa aneh, seketika di mataku begitu banyak bermunculan sosok-sosok lansia. Yap, nenek-nenek dan kakek-kakek terus bermunculan, dari segala penjuru kota!

“Mungkin banyak panti jomponya di sini,” komentar Melani yang tampak juga terheran-heran. “Atau barangkali lagi ada diskon khusus untuk lansia.”
“Hmmm, begitu ya,” gumamku sambil masih terkagum-kagum dengan iringan lansia yang masih terus mengalir, keluar dan masuk pusat perbelanjaan. “Inilah negeri para nenek!” cetusku.

Tak berapa lama kemudian sosok yang kami nantikan pun muncul. Hajjah Neneng Saribanon, perempuan (41) asli Sunda berasal dari Ciamis, memiliki dua anak remaja. Ia menikah dengan warganegara Hong Kong, sudah 17 tahun bermukim di Sau Mau Ping.

“Kita makan di resto YLK, ya,” ajaknya, beberapa saat sempat menggiring kami memasuki sebuah pasar tradisional. Segalanya dijelaskan bak seorang pemandu wisata saja.
Akhirnya makan pagi yang telat (pukul 11-an) di rest Jepang (?), meskipun hati agak ragu. “Pokoknya kita makan ikan saja, jadi halal!” ujarnya bersikukuh.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline