Lihat ke Halaman Asli

Cinta 2 Dunia

Diperbarui: 25 Juni 2015   06:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Beberapa kali pandangan mata Prita dan Dito bertemu.  Entah mengapa Prita  tak mampu menghalau getar di hatinya.  Pria, atau lebih tepatnya pemuda,  dihadapannya ini adalah seseorang yang mencoba mendekatinya via jejaring sosial facebook. Usianya jauh di bawah usianya, bahkan 20 tahun lebih muda daripada Prita.

Suara pemuda ini berat, namun jernih. Umurnya baru 22 tahun. Nampak pemilik suara ini tampil lebih dewasa daripada usia sebenarnya. Susunan kata-katanya rapi dengan pilihan kata yang baik diucapkan dengan intonasi yang pas. Pemuda berkulit putih, hidung bangir dan aroma parfum maskulin  ini menyampaikan isi pikiran & hatinya  dengan gerak gerik indah. Lengkaplah sudah pesona yang dimiliki pemuda ini.

Di dunia maya, semua itu tidak sedahsyat efeknya pada hati Prita, dibandingkan dengan pertemuan di dunia nyata yang saat ini ia hadapi. Seperti ada magnit yang menyedot semua isi benak dan perasaannya. Bak buku terbuka, tertangkap basahlah Prita sedang betul-betul terpikat pria muda belia ini. Bahkan peringatan kecil di hatinya, bahwa ia mirip tante girang yang senang menghisap madu para perjaka, seperti tak  mampu menahan luapan emosi kewanitaannya.

"Prita, tahan dirimu. Jangan terpikat pada dia. Dia lebih tepat sebagai anak atau keponakanmu dibandingkan menjadi kekasihmu!!", teriak superego dalam hatinya. Prita menarik nafas dalam2. Tidak pernah dalam sejarah hidupnya, ia tertarik pada pria yang jauh lebih muda. Pernah juga ia pacaran dengan pria yang 3 tahun lebih muda. Tapi ini....20 tahun!!  Astaghfirullahal adziim..

Hanya kematangannya sebagai wanita dewasa sajalah yang mampu menutupi ketertarikannya kepada pemuda itu. Tapi pemuda itu seperti tahu apa yang ia rasakan, karena dengan tiba-tiba ia menatap dalam ke mata Prita.  Tatapan tajam itu seperti hendak menembus hatinya.

"Kak, maaf kalau aku lancang. tapi entah kenapa aku suka sekali sama kakak. Kalau boleh dibilang, jatuh cinta pada pandangan pertama...". Dito tiba-tiba diam dan memandang lekat ke arah Prita. Mata Dito menelusuri semua lekuk dan kontur wajah cantik di hadapannya.

Dada Prita berdegup keras. Kenapa jadi  begini?, katanya dalam hati.

"Kamu gak salah Dit? Meski kamu panggil aku, kakak, tapi sebenarnya aku lebih pantas sebagai tante atau bahkan ibumu, " sergah Prita meski hatinya sendiri seperti tidak rela dengan apa yang diucapkannya.

"Usia tidak penting. Aku seperti menemukan tulang rusukku yang hilang. Rasanya nyaman bersama kamu". Kali ini Dito benar-benar meniadakan perbedaan usia mereka yang jauh sekali itu. Ia menyebut Prita, dengan sebutan "kamu".

Prita tersenyum kecil, sambil bergumam lirih, "Tentu saja kamu merasa nyaman. Seperti kamu bersama ibumu, tentu kamu merasa nyaman," bisiknya berulang.

Dito ternyata mendengar gumaman itu. ia kemudian menyeringai."Kamu jangan pandang remeh perasaanku. Akan kubuktikan aku akan mampu bertindak sebagai  kekasih yang setara denganmu".

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline