Sriati beberapa kali selalu muncul dalam mimpi. Dahulu ia teman sekantor. Tetapi, mungkin suaminya punya mimpi yang besar memperbaiki nasib mereka pergi ke Singapura.
Lewat sekupang menggunakan boat melewati selat malaka ia sampai ke Negeri Singa. Rupanya hasil membuka warung tidak mengkhianati usahanya, terbukti kedua anaknya bisa sekolah keluar negeri.
Suaminya telah dahulu dipanggil Tuhan dua tahun yang lalu. Tiada kawan lagi untuk berbagi, kedua anaknya tinggal juga di negara lain.
Dari kesepianya, dia berlibur mengembara seorang diri ke tanah air, seperti seorang turis di negara dia dilahirkan. Berbekal alamat sanak saudaranya di Jawa Timur. Namun asa telah menemui ujung, barangkali ia kelelahan, terkulai lemas tak bernyawa di depan toilet sebuah bandara.
Petugas mencoba mencari identitasnya tertera alamat sebuah kota di Singapura. Dari Singapura datang telepon ke alamat di Jawa Timur. Dari Jawa Timur dikabarkan kepada kedua anaknya tetapi kebetulan anaknya tidak ada yang bisa pulang segera karena sedang memiliki kesibukan yang luar biasa.
Kerabat di Jawa akhirnya memakamkan kawanku di usia 60 tahun.
Sepi, sunyi sekali bahkan burung enggan hinggap di atas nisannya.
****** ****** *****
Beberapa waktu kemudian aku mendapatkan pesan. Gayatri telah meninggal dunia di usia ke 55 tahun. Aku menepi sejenak dari kerumunan orang di pasar pagi ini. Menatap kosong bahu jalan dengan banyak lalu lalang orang untuk sejenak mengenang kawanku.
Gayatri seorang staff perusahaan swasta, mampu berbicara beberapa bahasa asing dan sikapnya yang elegan telah mampu menjadikannya leader paling disegani. Namun dia lupa kapan terakhir pernah disentuh rasa cinta, sampai cinta itupun dikesampingkannya, hanya pekerjaan yang dia prioritaskan.
Berangkat pagi buta pulang menjelang tengah malam, mengulang terus siklus kehidupan, bahkan dia mengaku bingung saat cuti apa yang harus dilakukan. Karier tidak meninggalkan bekas, tidak ada ahli waris. Kawan-kawan meratapinya, namun sekilas luntur kembali hilang digilas rutinitas.