Lihat ke Halaman Asli

Fathan Winarto

History and Theology Story-Teller

Sunda Dulu atau Jawa Pertama? #2

Diperbarui: 24 Juni 2021   17:08

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sunda atau Jawa (dokpri)

Nama seorang penghulu masyarakat sudah disebut di artikel sebelumnya, kini kita akan lihat apa yang kepala suku itu lakukan.

Sebelum melanjutkan, ada baiknya pembaca terlebih dahulu membaca 2 artikel saya sebelumnya. Dengan judul sama bagian 1, dan artikel tentang minat baca sejarah. Tapi bila anda memilih untuk melanjutkan, tidak jadi masalah.

Aki Tirem adalah kepala suku dari masyarakat bahari. Rakyatnya punya kapal kapal yang dipakai untuk melewati ombak ombak samudra menuju tempat yang diinginkan. Pembicaraan di masyarakat ketika itu adalah kemajuan peradaban dunia. Bangunan kerajaan tinggi, kastil istana megah, juga benteng pertahanan yang perkasa.

Di sela obrolan mereka memandangi rumah, pagar pagar desa, bahkan kediaman kepala suku. Rasanya ada yang berbeda dengan objek obrolan mereka. Rasanya mereka sedang tertinggal dibanding negri yang selama ini mereka kunjungi.

Baca juga : Bukan Saja Sunda-Jawa, Mitos Larangan Menikah Juga Ada pada Suku Lainnya

Muncullah ide untuk mengambil kemajuan yang ada di negri lain untuk diterapkan di negri sendiri. Tahap ini lah yang menarik.

Mereka memandang bahwa India adalah bangsa yang tepat untuk diambil budaya nya. Karena ritual ibadah dan kepercayaannya punya kemiripan terbesar dengan yang sudah ada di Indonesia. Mereka berfikir menggabungkan kekuatan spritual yang ada di India, dan yang ada di Indonesia bisa membawa kemajuan pada masyarakat setempat.

Dari sumber yang saya baca, pikirannya tertulis demikian, "menggabungkan kekuatan spritual" dan bukan "mengambil ilmu pengetahuan". Rasanya memang kepercayaan Indonesia di zaman itu masih cukup kuat, sehingga yang muncul di kepala mereka adalah kekuatan spritual, bukan intelektual.

Disinilah hal menariknya. Bila kita teliti, di abad pertama, ataupun abad abad setelahnya, bangsa yang sudah menganut filosofi berfikir "agama" cenderung bangsa yang maju. 

Baca juga : Menelisik Perang Bubat, Sebab adanya Mitos Larangan Pernikahan Sunda-Jawa

Karena filosofi dalam beragama menuntut seseorang untuk berfikir. Barangkali memikirkan kebijaksanaan alam, penciptaan, atau sejenisnya. Dengan dorongan berfikir ini, manusia bisa memaksimalkan akalnya dan membawa kemajuan untuk bangsanya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline