Lihat ke Halaman Asli

pintukata

Menulis Bebas.

Balada Bapak-Bapak

Diperbarui: 30 Juni 2020   07:31

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

yang mengemis
bukan lagi di seberang jalan
menadah tangan
berharap sepeser uang
yang miskin
bukan pula di tepi sungai
mengail ikan
bermandi limbah Bapak

turut berduka atas hilangnya berita
di mulut Bapak, gigi ada yang ompong
pucuk dicinta ulam pun tiba
susuk Astradina berapa harganya?
gemah ripah loh jinawi
gemar riba' toh nyauri

Bapakku peringkat satu
telat datang pulang duluan
telat bantuan meringkik kemudian
hidupnya melankolis
kadang pura-pura tuli
telinga rumahnya perlu digergaji
kadang lidahnya bisulan
menganga api-api
bakar hutan lagi

bokongnya pun butuh kursi lebih besar
Mega proyek ambisius estimasi
hantam waktu nyuri legitimasi
tau-tau shubuh sudah jadi
keras juga kopi Bapak
dua matanya paripurna
saat sidang ada maunya

anak-anakmu marah, Pak!

2020

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana. Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline