Kemenangan kotak kosong di Pilwalkot Makassar dianggap sebagai sebuah pembangkangan sipil.
Artikel ini pertama kali tayang di PinterPolitik.com
Siapa mau punya pemimpin kotak kosong? Bagi sebagian orang, memiliki pemimpin tidak berwujud seperti ini mungkin tidak pernah terpikir sebelumnya. Meski begitu, masyarakat di beberapa daerah ternyata lebih memilih kotak kosong ketimbang satu-satunya kandidat yang bertarung.
Nasib naas ini misalnya dialami oleh pasangan calon wali kota-wakil wali kota Makassar, Munafri Arifuddin-Andi Rachmatika Dewi (Appi-Cicu). Bertarung melawan kolom kosong, pasangan ini ternyata harus menanggung malu -- setidaknya hingga tulisan ini diturunkan. Pasangan tersebut sejauh ini masih tertinggal di hitung cepat baik versi lembaga independen maupun versi Komisi Pemilihan Umum (KPU).
Disinyalir, tumbangnya Appi-Cicu di hadapan kotak kosong ini dikarenakan ada gerakan masif yang mendukung kotak kosong di tingkat nasional. Jika ditarik secara nasional, relawan pendukung kotak kosong ini tidak hanya ada di Makassar. Di beberapa daerah yang menghelat Pilkada calon tunggal, sekelompok masyarakat menyatakan dukungannya kepada kolom kosong di surat suara. Meski demikian, fenomena kemenangan kotak kosong baru pertama kali terjadi di Makassar.
Bagi sebagian orang, tak berdayanya Appi-Cicu merupakan alarm tanda bahaya bagi aktor-aktor politik tanah air. Kemenangan pasangan tidak nyata tentu mencoreng wajah para elite dan partai politik negeri ini. Lantas, mengapa fenomena ini bisa terjadi?
Menggalang Kekuatan
Pilkada dengan calon tunggal seolah tidak terhindarkan dalam pesta demokrasi di negeri ini. Sejak Pilkada serentak 2015, fenomena calon tunggal sudah mulai muncul. Kini, di 2018, fenomena tersebut tidak juga menghilang.
Seiring dengan munculnya calon tunggal, muncul pula gerakan-gerakan masyarakat yang ogah memilih satu-satunya kandidat di surat suara tersebut. Masyarakat seperti menolak tunduk dan memilih satu-satunya calon yang ditawarkan kepada mereka.
Gerakan-gerakan memilih kotak kosong muncul misalnya pada Pibup Maluku Tengah 2017 lalu. Berlanjut di 2018, ada beberapa gerakan memilih kotak kosong di Pilbup Tangerang, Pilbuk Lebak, Pilwalkot Prabumulih, dan lain sebagainya.
Salah satu kelompok relawan kotak kosong yang terlihat cukup masif adalah relawan kotak kosong di Pilbup Pati 2017. Kabupaten di Jateng tersebut hanya memiliki satu pasangan calon saja yaitu Haryanto-Saiful Arifin.
Di Pati relawan pemenangan kotak kosong ini menamakan diri mereka Aliansi Kawal Demokrasi Pilkada (AKDP) Pati. Selain itu, ada pula gerakan yang menyebut diri sebagai Relawan Kotak. Di masa pemilihan, bahkan sempat ada situs khusus dengan laman relawankotakpati.org.