Lihat ke Halaman Asli

Pilpres 2014, Menghentikan Bangkitnya Hantu Orde Baru Dan Prioritas Kerja Pemerintah Terpilih

Diperbarui: 18 Juni 2015   07:00

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Politik. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Pemberian istilah ‘hantu’ bagi Orde Baru didasari anggapan bahwa Orde Baru telah menjadi momok yang menakutkan bagi rakyat negeri ini. Reformasi yang dimotori oleh Amien Rais, tidak seperti diharapkan, terbukti belum memberi perubahan yang signifikan dalam kehidupan berbangsa. Munculnya stiker-stiker sloganis bergambar Soeharto (alm) menyapa : ‘Piye kabare? Enak zamanku toh?’ dirasakan menyindir namun sekaligus memberi kesan ada benarnya walau tak sepenuhnya. Betapa tidak, secara mendasar kualitas hidup rakyat tidak lebih baik di sana-sini terlontar ungkapan yang bernada sama dengan slogan di stiker itu.

Harus diakui kalau berakhirnya kekuasaan Soeharto yang diwarnai ketegangan maha dahsyat dan fakta penculikan sejumlah aktivis yang di antaranya hilang hingga saat ini adalah kehendak sebagian besar rakyat dan dengan demikian, adalah kehendak rakyat.

Pilpres 2014 akan dicatat dalam sejarah bangsa ini dengan sejumlah keistimewaan. Untuk pertama kali ada dua pasang capres/cawapres yang tampil head-to-head. Untuk pertama kali muncul capres dari kalangan rakyat biasa dan begitu dekat dengan rakyat pendukungnya, Jokowi.

Kondisi bangsa ini sejak masa lalu hingga saat ini masih dibelit permasalahan keuangan yang parah dapat diwakili oleh tulisan ini:

http://indonesiana.tempo.co/read/17921/2014/06/21/pencariilmuseumurhidup/keterkaitan-antara-militer-mafia-perminyakan-dan-akun-akun-penyebar-kebohongan
Bagi saya dan banyak pembaca, data-data hasil investigasi dalam tulisan di atas walau beberapa masih belum terverifikasi cukup mengguncang. Kita patut berterima kasih kepada penulisnya.

Mencermati data pada tautan di atas maka menjadi sangat relevan apa yang dikatakan oleh Jokowi bahwa yang pertama kali harus dilakukan jika terpilih adalah pembenahan SDM sejalan dengan pembentukan kabinet profesional. Berdasarkan data pada tulisan itu pula maka yang paling utama dan urgen untuk dilakukan adalah 'membunuh' mafia migas yang telah cukup lama mencokok negeri ini, mafia ini menikmati puncak kejayaan di era Orde Baru dan tak kuasa dihentikan di era Presiden SBY saat ini. Mafia ini sangat kesohor di kalangan dunia perminyakan.

Menjelang Pilpres 2014 yang sudah di depan mata menjadi penting bagi setiap kita warga bangsa memahami kedua pasangan demi memberi andil menentukan kondisi negeri ini ke depan. Terkuaknya peran mafia migas dalam Pilpres 2014 ini sejatinya telah membuka nurani bangsa ini untuk secara jernih menentukan pilihan dan mengurangi risiko kegagalan.

Melalui analisa yang menyeluruh saya menemukan alasan satu individu dalam mendukung pasangan nomor 1 sebagai berikut:

1. Sebagai seorang muslim awam (kurang mengerti, uninformed), meyakini pasangan nomor 1 lebih mewakili dirinya sebagai seorang muslim, atau paling tidak, pasangan nomor 2 dinilai tidak sebaik pasangan nomor 1 keislamannya, dengan turut memandang figur-figur dalam koalisi masing-masing pasangan.

2. Sebagai seorang muslim yang faham betul akan koalisi pembentuk kubu pasangan nomor 1 dengan sadar mengharapkan tetap eksisnya radikalisme islam di negara ini dengan doktrin perlunya menindas penganut di luar Islam dengan dasar ketakutan (phobia) tergusurnya kaum muslim jika pasangan nomor 2 berkuasa.

(butir 1 dan 2 di atas semakin mantap bagi sesesorang secara ekstrim melalui bacaan provokatif Obor Rakyat)

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline