Lihat ke Halaman Asli

Mengintip Kawasan Lereng Slamet

Diperbarui: 24 Juni 2015   15:57

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

13646912491306678110

Kawasan lereng selatan Gunung Slamet merupakan kawasan hutan negara yang di kelola oleh Perusahaan Umum (perum) Perhutani. Deretan bukit-bukit memanjang menjulang dengan rerimbunan pepohonan mengelilinginya. Puluhan anak sungai melingkari daerah perbukitan tersebut, mengalirkan air menuju satu tempat dimana Kota Purwokerto berada. Salah satu bukit yang terkenal adalah Bukit “Srandil" tetapi lebih terkenal dengan sebutan Gunung Cendana.

Kawasan tersebut juga sebagai habitat beberapa hewan yang dilindungi seperti Elang Hitam (Ictinaetus malayensis), Owa Jawa (Hylobates moloch) dan masih banyak lagi satwa yang lainnya baik yang dilindungi maupun tidak dilindungi. Beberapa bulan yang lalu juga dijadikan tempat pelepasliaran Elang Jawa yang keberadaanya sudah hampir punah. Pemilihan lokasi tersebut karena memang dianggap sebagai habitat aslinya.  Yang jauh sebelumnya juga sudaah dilakukan penelitian layak dan tidaknya sebagai tempat pelepasliaran yang meliputi : ketersediaan pakan, keamanan dan lain sebagainya.

Sebuah bukit yang dimasa lalu sering dipergunakan sebagai tempat orang mendekatkan diri kepada Yang Maha Kuasa, dan sekarangpun masih walau sudah agak jarang. Sisa-sisa petilasan dalam bentuk makan dengan bebatuan yang berlumut hijau dan di kelilingi oleh pagar dari bambu. Pohon besar rimbun dengan akar menjuntai kesana kemari menaungi tempat tersebut dan menambah suasana mistik begitu terasa. Tempat tersebut tepat berada di puncak bukit, dan untuk menuju kesana benar-benar diperlukan stamina yang kuat.

Banyaknya aneka satwa yang menempati lokasi sekitar Bukit Cendana karena memang disamping lokasi tersebut sebagai habitat aslinya juga karena adanya ketersediaan bahan pangan yang cukup. Tersedianya bahan makanan yang melimpah menjadi daya tarik baik satwa maupun manusia, untuk menunjang keberlangsungan hidup mereka. Suasana pegunungan dengan udara yang sejuk, gemericik air, rimbunnya pepohonan dan pemandangan yang memanjakan setiap mata untuk berlama-lama memandang. Dan tempat ini juga kerap dipergunakan untuk berkemah sambil menikmati indahnya alam pegunungan.

Perlakuan-perlakuan manusia yang tidak bertanggungjawab menjadi ancaman bukan saja terhadap kelestarian hutan sekitar Bukit Cendana tetapi juga terhadap keberlangsungan hidup satwanya. Perburuan baik menggunakan jaring maupun dengan senapan angin kerap dan penebangan pohon dijumpai di sekitar Bukit Cendana.

Upaya-upaya masyarakat, organisasi pemuda, organisasi peduli lingkungan dan Pemerintah Desa dalam rangka melestarikan hutan sudah sering dilakukan. Seperti melakukan penanaman bersama, membuat peraturan desa, kewajiban menanam bagi calon pengatin dan juga larangan untuk menebang pohon di sekitar kawasan Bukit Cendana.

Lestarinya hutan bukan saja akan dinikmati oleh masyarakat pinggir hutan saja akan tetapi juga dinikmati oleh masyarakat kota. Air sebagai sumber kehidupan bisa mengalir sampai ke kota dan memakmurkan orang kota, bersumber dari hutan. Akan tetapi ketika rusaknya hutan yang akan di salahkan masyarakat sekitar hutan. Terkesan bahwa masyarakat pinggir hutan sebagai penanggungjawab atas keberlangsungan dan kelestarian hutan. Dan orang kota hanya sebagai pemanfaat atas hasil hutan tanpa adanya kepedulian terhadap hutan dan masyarakat sekitar hutan.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline