Lihat ke Halaman Asli

Pinasty

Mahasiswi (21107030022) Ilmu Komunikasi UIN Sunan Kalijaga Yogyakarta

Curhat Penjual Warung dan Pembeli Mengenai Harga Minyak Goreng, Lalu Ketahui Faktor Melejitnya Harga Minyak Goreng

Diperbarui: 9 April 2022   20:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Dokpri/ dokumen pribadi

Hingga saat ini diketahui harga minyak goreng masih melejit naik dan bahkan menjadi barang langka di berbagai daerah. Kenaikan harga minyak goreng diketahui mulai melejit atau naik pada akhir 2021 sampai saat ini. Pada bulan November lalu harga minyak goreng sempat naik hingga mencapai Rp. 24.000 per liternya. Namun pemerintah juga mematok harga, yakni Rp. 14.000,00 per liternya. Dilangsir dari laman Kontan.co.id (31/12/22) menjelaskan bahwa Kementerian Perdagangan turut serta menerapkan dengan kebijakan Domestik Market Obligation atau DMO dan Domestik Price Obligation (DPO). Perlu di garis bawahi bahwa Kemenag menerapkan kebijakan tersebut pada 27 Januari 2022 dan M. Luthfi (Mentri Perdagangan) mengatakan harga minyak goreng eceran tertinggi (HET) yang berarti minyak goreng berlaku baru.

Perlu diketahui pada awal Februari 2022 harga minyak goreng turun, yaitu:

Minyak goreng curah dengan harga Rp. 11. 500 per liternya.

Minyak goreng kemasan sederhana mencakup harga Rp. 13. 500,00 per liter dan

Minyak goreng kemasan yang premium mencakup harga sebesar Rp. 14.000,00 per liternya.

Diketahui setelah harga minyak goreng ditetapkan dengan harga Rp. 11.000 per liter sampai Rp. 14.000 per liter , saat ini minyak goreng menjadi langka dan kembali dengan harga yang melejit. Lalu apa yang menyebabkan minyak goreng  melejit di berbagai daerah? Dikutip dari laman Kompas. com (26/11/2022) Oke Nurwan atau Direktur Perdagangan mengatakan bahwasannya faktor kenaikan harga minyak goreng karena harga di internasional yang juga melejit sangat tajam. Selain itu dilangsir dari laman Kontan.co (12/03/22) bahwa faktor lain yang menyebabkannya adalah karena menurunnya panen sawit, sehingga hal itu menyebabkan CPO menjadi terbatas dan membuat gangguan distribusi pada minyak goreng. Perlu diketahui juga, penyebab lainnya karena melonjaknya harga minyak goreng yakni naiknya permintaan CPO dalam rangka pemenuhan kebutuhan industri biodiesel yang mana seiring dengan penerapan kebijakan B30. Selain itu, karena terdapat gangguan logistik yang selama ini, yaitu selama pandemi covid-19 berkurangnya jumlah kontainer sekaligus kapal.

Mengingat harga minyak goreng yang sangat melejit saat ini, salah satu warung di pedesaan daerah Pundong Kabupaten Bantul pernah mengalami kelangkaan pembeli karena harga jual minyak yang terlalu tinggi. Seorang anak dari pemilik warung yang ikut serta membantual jual beli merasakan kelangkaan dengan melejitnya harga minyak goreng, namun dia tetap mempunyai stok minyak goreng.

" Sedih ya pastinya, dengan harga minyak goreng yang saat ini, apalagi  di bulan puasa malah harga naik banyak." Ucap Tika Melani (anak dari pemilik warung).

Lonjakan harga minyak yang sangat dahsyat juga mempengaruhi keuntungannya yang menurun.

Tika Melani mengatakan " Harga minyak yang melejit awal-awalnya sangat membuat keuntungan menurun, karena para pembeli yang jarang, namun sekarang menurut saya di desa ini pembeli sudah stabil dan mulai beradaptasi dengan harga yang sudah ada. Namun hal itu menjadi paksaan, ya karena harus bagaimana lagi, buka puasa rutinitas pasti banyak menggunakan minyak goreng." Ucapnya.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline