Lihat ke Halaman Asli

Pinasti Kenzu

Mahasiswa

Majas Metafora menurut Nurgiyantoro

Diperbarui: 13 November 2024   22:16

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Metafora

Metafora berasal dari bahasa Yunani yang memiliki arti "meta" yaitu "di atas" dan "pherein" yang berarti "memindahkan". Metafora merupakan majas yang digunakan untuk perbandingan kata antara dua hal yang tidak sama, tetapi memiliki persamaan memiliki persamaan pada aspek tertentu. Metafora sering digunakan dalam sastra dan bahasa sehari-hari untuk memberikan gambaran yang lebih kuat dan mendalam. Metafora sendiri adalah majas yang mengungkapkan sesuatu dengan langsung berupa perbandingan analogi dan dengan menghilangkan kata seperti "bagaikan", "layaknya" dan lain-lain. Dalam kamus Bahasa Indonesia sendiri Metafora dijelaskan sebagai pemakaian kata atau kelompok kata yang bukan dengan arti sebenarnya, tetapi sebagai gambaran dari kata yang didasarkan dengan persamaan atau perbandingan. 

Menurut Nurgiantoro (2017) mengungkapkan jika metafora merupakan bentuk perbandingan antara dua hal berupa fisik, benda, ide, sifat, atau perbuatan lain yang bersifat implisit (tersirat), hubungan antar keduanya bersifat sugesti tanpa kata penunjuk perbandingan. Nurgiantoro juga membagi metafora menjadi tiga jenis pembanding. Berikut ini adalah penjelasannya.

1.Metafora Eksplisit (In Praesetia)

Adalah pembanding antara dua hal yang berbeda dan ditunjukkan secara jelas untuk pembandingnya. Dalam metafora ini, perbandingan tersebut sering kali diungkapkan dengan kata-kata yang jelas menunjukkan hubungan antara objek yang dibandingkan. Meskipun demikian, seperti metafora pada umumnya, tidak ada kata pembanding seperti "seperti" atau "ibarat" yang digunakan. Contohnya: Dia adalah bunga matahari di hidupku. Pada kalimat ini ia mengibaratkan atau membandingkan sosok "dia" dengan bunga matahari.

2.Metafora Implisit (In Absentia)

Merupakan pembanding yang tidak ditunjukkan langsung tetapi dalam penggunaannya selalu menggunakan kata-kata yang tersembunyi. Hubungan antara dua objek atau konsep hanya disarankan atau ditunjukkan dengan cara yang lebih tersirat, sehingga memerlukan interpretasi atau penafsiran dari pembaca atau pendengar untuk memahami makna yang dimaksud. Contohnya adalah: Senyumnya merekah seperti bunga matahari. Dari kalimat tersebut terlihat dengan jelas eksplisit senyum bahagia, majas menggunakan bunga matahari sebagai penunjuk secara tidak langsung terhadap perbandingan senyum bahagia dengan bunga matahari.

3.Metafora Usang atau Metafora Klise

Adalah ungkapan perbandingan yang sudah lazim untuk digunakan dan telah banyak dipahami maknanya oleh masyarakat luas tanpa harus berpikir lama. Metafora ini menjadi "usang" karena sering diulang, sehingga tidak lagi memberikan kesan baru atau menggugah imajinasi pembaca. Dalam banyak kasus, metafora usang sudah banyak dan terlalu dikenal lalu cenderung terdengar klise atau stereotip. Contohnya seperti Alesha adalah kembang desa di kampung itu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline