Sastra adalah bentuk dari imajinasi dan pemikiran seseorang yang dituangkan melalui kata-kata yang indah dan menarik. Karya sastra diartikan sebagai karya seni yang melahirkan eksistensi kemanusiaan dengan permasalahan kehidupan dan disajikan secara kreatif dan imajinatif serta memakai bahasa yang indah atau estetik (Al-Ma’ruf & Nugrahani, 2017). Karya sastra dapat diartikan sebagai media bagi pengarang untuk menuangkan gagasan, pemikiran, dan perasaan serta pengalamannya menggunakan bahasa yang menarik dengan penuh imajinasi dan kreativitas. Karya sastra umumnya berisi tentang permasalahan yang berada di sekitar pengarang. Permasalahan tersebut bisa saja permasalahan yang dihadapi oleh pengarang ataupun permasalahan yang dihadapi oleh orang lain yang diangkat pengarang menjadi sebuah karya sastra.
Salah satu karya sastra yang diangkat pengarang menjadi sebuah cerita adalah novel. Nurgiyantoro (2013:9) menyatakan bahwa novel adalah karya sastra yang mengungkapkan aspek-aspek kemanusiaan yang lebih mendalam dan disajikan dengan halus. Hingga saat ini keberadaan novel di tanah air kian berkembang. Namun beberapa novel sastra populer masih mampu mempertahankan eksistensinya dan tetap membawa daya tarik tersendiri bagi pembaca. Bahkan keberadaannya selama ini banyak dibicarakan dalam dunia kritik sastra. Novel merupakan salah satu karya sastra yang berisi berbagai peristiwa yang dialami oleh tokoh secara sistematik dengan menampilkan unsur cerita yang paling lengkap.
Disini penulis membahas tentang nilai-nilai sosial yang terdapat dalam novel "Bendera Setengah Tiang" karya Annisa Lim. Novel ini menceritakan tentang sebuah tragedi kejahatan hak asasi terjadi di kampus swasta yang mendapat predikat kampus paling transparan di negeri ini. Bermula dari diangkatnya berita mengenai kejahatan seksual oleh organisasi pers mahasiswa_Warta Mahasiswa_ yang dipimpin Gibran Rajib Argani, kampus tiba-tiba membukukan seluruh kegiatan Warta yang berimbas pada gelombang kemarahan mahasiswa karena merasa pihak rektorat yang membekukan Warta erat kaitannya pada salah satu terduga pelaku yang tengah dilindungi para petinggi.
Novel Bendera Setengah Tiang karya Annisa Lim ini menggambarkan sikap sosial yang diperlihatkan oleh tokoh Genta, Alan, Aidan, Sabiru dan mahasiswa lainnya yang termasuk kedalam GEMARAN_Gerakan Mahasiswa Veteran yang di ketuai oleh Genta. Salah satu nilai sosial yang mereka miliki yaitu peduli terhadap orang lain. Ini dapat dari cuplikan peristiwa dalam novel yakni pada saat terjadinya pelecehan, kekerasan, dan ketidakadilan pada mahasiswa yang ada di Universitas Veteran. Disini mereka sangat peduli pada semua mahasiswa-mahasiswa yang menjadi korban tersebut, dan mereka pun tidak tinggal diam akan ini semua.
Novel ini juga mengajarkan pentingnya sebuah arti keadilan. Seperti yang dilakukan para GEMARAN saat para petinggi hanya diam disaat banyaknya kejadian-kejadian yang telah menimpa kampus sehingga membuat banyak korban, GEMARAN pun langsung menyuarakan keadilan bahwa setiap yang terjadi menyangkut Universitas itu sudah menjadi tanggung jawab para petinggi di Universitas tersebut. Bahkan walaupun sampai nyawa mereka yang menjadi taruhannya bagi mereka itu tidak masalah, yang terpenting adanya keadilan di Universitas tersebut. Dari cuplikan di atas dapat kita lihat bahwa di dalam novel ini tokoh Genta, Alan, Aidan, Sabiru dan anggota GEMARAN menjunjung tinggi sebuah keadilan dan kebenaran.
Novel tersebut adalah novel kedua Annisa Lim yang terbit pada tahun 2023. Analisis sosiologi sastra dalam novel tersebut dapat ditinjau dari konflik percintaan, konflik politik dan aspek budaya. Berikut pemaparan dari analisis novel Bendera Setengah Tiang karya Annisa Lim.
1. Percintaan
Konflik percintaan tidak lepas dari kajian sosiologi sastra. Dalam novel ini terdapat konflik percintaan salah satunya konflik antara tokoh Aidan, Kanala dan Genta. Dimana Aidan menyukai Kanala, namun Kanala tidak menyukainya karena dia menyukai teman Aidan yaitu Ganta. Sayangnya Ganta tidak menyukainya. Meskipun Aidan tahu kalau Kanala tidak menyukainya Aidan tidak pernah menyerah untuk mendapatkan cintanya Kanala, begitu juga dengan Kanala yang tidak akan pernah menyerah mendapatkan cintanya Genta. Begitulah konflik percintaan antara mereka bertiga yang cintanya hanya bertepuk sebelah tangan. Hal ini dibuktikan oleh kutipan berikut.
"Hanya saja, akhir-akhir ini, Aidan merasa sedikit iri dengan karakteristik Genta. Faktor dari keirian tersebut adalah si pujaan hatinya yang ternyata memendam perasaan pada Genta."