Lihat ke Halaman Asli

PK IMM FHUM

Fakultas Hukum Universitas Muhammadiyah Bima

Mulai Hidup Minimalis dengan Digital Minimalis

Diperbarui: 29 Juli 2022   14:58

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

IMMawati Yani (Sekum IMM Komisariat Syariah)

Teknologi mempermudah sesuatu yang sulit, benarkah? Iya benar, tekhnologi mempermudah segala sesuatu, baik dalam sarana mengakses ilmu pengetahuan, komunikasi sampai pada transportasi. Dalam prinsip postmodernisme/era tekhnologi, kita di tuntut untuk melaksanakan segala sesuatu dalam keadaan yang serba cepat.[1] Bersamaan dengan itu, media memberikan kontribusi yang cukup banyak dalam pengkajian tentang pengetahuan dunia. Kontribusi media terhadap pengkajian tentang pengetahuan dunia dapat ditandai dari strategi dan pengolahan instrument ilmu pengetahuan yang dikembangkan oleh media itu sendiri.[2] 

Kendati demikian, media bisa kita lihat dalam dua sisi, yang di jelaskan sebelumnya adalah sisi positif, sisi negatifnya justru menambah masalah yang baru. Kita bisa lihat model penyuguhan infromasi di media, mulai dari informasi yang terdistorsi sampai informasi yang hoax. Kita mengangapnya sebagai suatu hal yang lumrah, padahal justru itu awal dari keterbelakangan berpikir.

Kita harus mengakui bahwa media, lebih sering daripada tidak, membentuk dan secara aktif menyusun opini publik daripada mencerminkannya, karena kita hidup di masa di mana mayoritas orang menganggap mereka disuguhkan fakta sebagai lawan dari opini atau fakta editorial dan menganggap media khususnya berita sebagai sebuah kebenaran absolut.[3]

Berangkat dari pembentukan sifat berdasarkan fakta editorial, hal yang terjadi adalah deskripsi sosial berdasarkan kacamata media sosial. Bisa kita lihat sekarang, individu yang satu membenci individu yang lain lantaran mendeskripsikan seseorang berdasarkan kacamata media sosial. Pembentukan karakter dan cara pandang tersebut lagi-lagi hadir karena penyuguhan fakta yang bersebrangan dengan realitas.

Hal itu yang kemudian yang menjadi keresahan Prof Buya Hamka yang di abadikan dalam salahsatu karyanya yang berjudul Falsafah Hidup. Beliau mengatakan bahwa "peningkatan taraf kehidupan manusia di zaman modern ini banyak sekali menimbulkan suatu perubahan, mulai dari sikap sampai perilaku manusia. Banyak yang berebutan untuk memenuhi kepuasannya, berusaha menghibur diri dengan berbagai cara, dan diantara cara yang di pilih adalah adalah media sosial. Media sosial di jadikan sebagai ajang untuk memperlihatkan jati diri mereka." Namun ada satu hal yang tidak mampu di peroleh di dalamnya, dan cenderung hanya menjadi penyembuh sesaat dan keresahan dalam diri akan muncul karena ketidakpuasan atas dirinya.

Mulai Hidup Minimalis dengan Digital Minimalis.

 Hal yang harus di rubah dalam mindset kita yang Pertama adalah memulai hidup minimalis dengan mengurangi segala hal yang berlebihan dalam hidup dan fokus terhadap hal yang sedikit, tapi bermanfaat untuk diri kita.

Hal yang Kedua ialah desain model pemanfaatan digital harus diarahkan untuk hal-hal yang bersifat produktif. Mengosumsi hal-hal yang yang dibutuhkan, sehingga kita mampu untuk berpikir lebih maju dan mampu beradaptasi dengan situasi zaman. Mengambil segala manfaat dari apa yang terlihat dan yang terdengar, memanfaatkan sesuatu sesuai kebutuhannya.

Jadikan tekhnologi sebagai alat untuk menjadikan kita lebih baik, karena tekhnologi hanyalah alat. Layaknya pisau, jika di gunakan untuk menusuk orang lain, maka pisau tersebut akan bernilai negatif, namun jika di gunakan untuk mengiris sayuran, justru pisau tersebut akan bernilai positif. Hal itu berlaku juga terhadap penggunaan tekhnologi, jika di gunakan untuk hal yang tidak produktif, maka akan bernilai negatif, namun jika di gunakan untuk hal yang baik, maka akan bernilai positif.

Referensi: 

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline