Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah kemudian disingkat dengan IMM adalah organisasi gerakan mahasiswa Islam yang menjalankan dakwah amar ma'aruf nahi munkar dengan berlandaskan pada Al-Qur'an dan Sunnah Rasulullah Saw, dengan bergerak pada beberapa bidang yaitu, Kemahasiswaan, Keagamaan dan Kemasyarakatan. Sehingga lengkap menurut ruang lingkup pergerakannya. Organisasi Ikatan Mahasiswa Muhammadiyah (IMM) adalah representasi Muhammadiyah dalam mencapai tujuannya, dilihat dari tujuan IMM "Mengusahakan terwujudnya akademisi Islam yang berakhlak mulia dalam rangka mencapai tujuan Muhammadiyah". Sedangkan tujuan Muhammadiyah adalah "Menegakkan dan menjunjung tinggi agama Islam sehingga terwujud masyarakat Islam yang sebenar-benarnya". Jelas eksisnya IMM mulai dari dulu, sekarang dan In Syaa Allah sampai nanti adalah untuk mencapai tujuannya Muhammadiyah.
Lahirnya IMM bukan tanpa sebab, dalam sejarahnya, IMM lahir pada tanggal 14 Maret 1964 M/29 Syawal 1384 H. Pada kelahirannya, IMM berada pada posisi dimana terjadi banyak pergololakan, baik yang ada di internal Muhammadiyah maupun di Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).
Dijelaskan bahwa ada sebab-sebab fundamental yang menghendaki berdirinya IMM yaitu dibagi dalam dua faktor, yaitu faktor internal dan eksternal. Faktor yang disebutkan pertama adalah problem yang ada didalam Muhammadiyah, yaitu tidak adanya organisasi otonom (ortom) yang bergerak di amal usaha kampus (Perguruan Tinggi Muhammadiyah) untuk melakukan dakwah disana, namun beberapa kali diusulkan oleh beberapa tokoh deklarator IMM (sebut Dzasman Alkindi, Rosyad Shaleh, Amien Rais), oleh Pimpinan Pusat Muhammadiyah menolak untuk didirikan IMM ini, dengan alasannya adalah karena sudah ada HMI yang menampung mahasiswa Muhammadiyah. Tetapi, muncul pertanyaan "toh apakah tujuan HMI sama dengan tujuan Muhammadiyah?". Dari pertanyaan itu, muncullah inisiatif Pimpinan Pusat Muhammadiyah untuk menyepakati didirikannya IMM sebagai Ortom Muhammadiyah.
Sedangkan pada faktor eksternal, yaitu maraknya problem yang ada dalam negara, sebut, luasnya ekspansi PKI yang saat itu dianggap sebagai virus bangsa, masih adanya praktik keagamaan yang menyimpang dari ajaran Islam yang sebenarnya (Takhayul, Bid'ah dan Curafat). Jadi, lahirnya IMM bukan atas dasar ingin dibubarkannya HMI oleh Soekarno dan PKI, sebab jika begitu peristiwa lahirnya IMM maka IMM tidak akan ada hari ini, karena HMI tidak jadi dibubarkan, otomatis IMM tidak akan ada. Maka, ekplanasi tentang itu adalah memang dulu ada dua peristiwa yang timbul bersamaan, yaitu ingin dibubarkanya HMI dan didirikannya IMM, namun dua peristiwa tersebut tidak ada keterkaitannya, yang dimana peristiwa itu berbeda tetapi muncul dalam waktu yang bersamaan.
Pada perkembangannya IMM adalah pelopor gerakan yang berujung pada turunnya rezim 32 tahun (Soeharto), pemimpin negara yang dianggap sebagai pemimpin yang otoriter. Pada kepresidenannya, ada banyak aktivis yang diculik, dibunuh dengan tidak ditinggalkan jejak. Mereka diperlakukan seperti itu, oleh karena melawan otoritarianisme kekuasaan. Namun, dalam gerakan mahasiswa dan masyarakat itu dipelopori oleh IMM yang artinya Pioneer penggerak pada saat itu adalah IMM. Menjadi bukti bahwa dedikasi IMM di negara ini sudah tidak diragukan lagi. Yang jelas mereka saat itu melawan arogansi kekuasaan.
Trilogi Gerakan IMM Seperti diejawantahkan dimuka bahwa lahirnya IMM adalah dikonsepkan matang-matang oleh para deklarator IMM, pasca kelahirannya, IMM telah banyak berdedikasi untuk Umat dan Bangsa. Melalui Trilogi Gerakannya IMM melakukan gerakan-gerakan pro rakyat yang dalam hal ini memperjuangkan hak-hak rakyat yang dimarginalkan. Dengan tugas itu IMM akan terus memberikan konsep-konsep terbaik, unggul dan mencerahkan untuk Umat dan Bangsa kedepannya. Dalam konstruksi Prof. M. Abdul Halim Sani, melalui tugas intelektual profetik dijelaskan bahwa, ada tiga poin yang menjadi tugas intelektual profetik dengan mentadaburi ayat Al-Qur'an yaitu Q.S. Al-Imran ayat 110 yaitu, tugas Liberasi, Humanisasi dan Transendensi.
Yang disebutkan pertama adalah tafsiran dari amar ma'ruf yaitu, melakukan gerakan pembebasan atau gerakan untuk membebaskan Umat dari belenggu ketertindasan, kebodohan serta yang dimarginalkan. Kedua adalah tafsiran dari nahi mungkar yaitu, proses untuk memanusiakan manusia. Artinya memberikan pemahaman terhadap manusia yang belum dan bahkan tidak tahu akan eksistensinya di bumi Tuhan (tujuan hidup dan lain sebagainya). Ketiga adalah interpretasi dari tu'minu na billah yaitu, penentu dari dua tugasnya diatas, bahwa tugas itu tidak akan efektif dilaksanakan manakala ia tidak beriman kepada Allah. Ini menjadi dasar dari dua tugas tersebut dimuka, tanpa ia beriman maka tidak akan jelas orientasinya tugasnya. Dalam IMM sendiri dikenal dengan nilai IMM yaitu Trikompetensi Dasar dan Trilogi Gerakan.
Dalam tulisan akan berbicara tentang yang disebut kedua, yaitu Trilogi Gerakan. Isi dari itu adalah Kemahasiswaan, Keagamaan dan Kemasyarakatan, yang menjadi ruang lingkup gerakannya atau tugas dari Kader IMM.
Sudah jelas bahwa, melalui Trilogi tersebut kader IMM akan menjadi pedoman tingkah laku, dengan menjunjung tinggi toleransi antar sesamanya. Mengajarkan kader IMM untuk selalu terbuka dengan siapapun disekelilingnya. Nilai Trilogi Gerakan tersebut seyogyanya oleh kader IMM diimplementasikan dalam kehidupannya sehari-hari. Tantangan Yang di Hadapi Saya percaya, disetiap kehidupan tentu problem itu pasti ada, namun saya juga percaya, setiap problem ada instrumen ataupun alternatif untuk keluar dari zona problem itu sendiri, yaitu yang lazim dikatakan sebagai solusi (Alternatif-Solutif). Di bawah ini akan diejawantahkan problem yang menjadi tantangan tersendiri bagi IMM baik yang ada di internalnya maupun yang ada pada Negara Kesatuan Republik Indonesia (NKRI).