Terkait dengan fungsinya, kepemilikan sekaligus penggunaan toilet yang memadai, menjadi sesuatu yang absolut.
Ruangan bernama toilet ini menjadi kebutuhan manusiawi yang terdepan; walau awal-awalnya sih (baca: tradisional) manusia menempatkan 'kamar kecil' ini sebagai 'bilik (termenung)' yang letaknya di belakang rumah.
Keberadaannya sudah seharusnya memenuhi standar, berdasarkan sudut pandang estetika maupun kesehatan.
Hal inilah yang lazimnya menjadi problem bagi kita, kala kita diharuskan berada di luar rumah, misalnya ketika dalam perjalanan, rekreasi, ataupun ketika berkunjung di suatu tempat. Tentu yang kita cari dan tidak malu-malu kita tanyakan ketika sampai di tempat tujuan adalah toilet, akibat kebutuhan mendesak - terutama setelah beberapa jam yang lalu kita makan atau minum.
Pada umumnya, kita di Indonesia mengalami sedikit ganjalan tentang toilet ini karena tidak selalu menemukan toilet yang bersih.
Adapun kabar gembiranya adalah bahwa sekarang-sekarang ini, Pemerintah cukup concern - memberikan perhatian lebih - sehingga mewajibkan para pelaku industri pariwisata untuk menyediakan sarana/ prasarana toilet yang higienis dan rapi.
Bagaimana di Negara Lain?
Ambil contoh di negara India, yang berpenduduk terbesar setelah China. Di daerah kantong-kantong kemiskinan di sana, masalah kakus ini cukup mencuat. Walau juga belum terpecahkan secara menyeluruh.
Walaupun sebenarnya, 'sanitation awareness' telah dicanangkan cukup lama.
Di negara tersebut, aktifitas 'poo'alias buang air besar (BAB) masih kerap dilakukan di alam terbuka. Tak sedikit kasus orang (pria) yang digigit ular cobra ketika dini hari nan gelap harus poo di semak-semak jauh dari kediamannya. Pun bagi kaum wanitanya, mereka banyak yang terpaksa terbirit-birit ketika sedang poodan ada orang mendekat. Sedangkan para anak kecilnya, banyak yang terlambat sekolah di pagi hari karena harus mencari tempat poodi lokasi yang cukup jauh. Lebih menyedihkan lagi adalah jamaknya bayi dan kanak-kanak terpapar oleh jenis -jenis penyakit yang ditimbulkan oleh feses yang tidak pada tempatnya, dan pada gilirannya mengundang vektor pembawa penyakit.
Seberapa jauh mereka harus jalan mencari tempat Buang Air Besar (BAB)?