Lihat ke Halaman Asli

Kunjungan Rorotan Dalam – Rorotan Luar

Diperbarui: 26 Juni 2015   05:14

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

(Liputan Usang untuk Sejenak Mengenang) (Forum Warga Kota Jakarta) FAKTA – Jumat, 4 Maret 2011 Bersama dengan tiga tamu dari Jepang dan tim FAKTA, saya berkunjung ke daerah Rorotan Dalam dan Rorotan Luar, Cilincing, Jakarta Utara. Kami berangkat dari kantor FAKTA pk. 11.00 WIB dan tiba di Rorotan pk. 12.00 WIB. Kunjungan ini dilakukan dalam rangka menunjukkan realitas slum-area di Jakarta kepada dua mahasiswa dan seorang pengajar dari Jepang yang tertarik untuk belajar dari kenyataan ini. Dalam kesempatan ini, FAKTA datang ke rumah Pak Slamet dan Mas Opik, dua tokoh di Rorotan yang aktif bekerjasama dengan FAKTA berkaitan dengan penggusuran dan isu pengakuan kepemilikan tanah di daerah Rorotan.

Di rumah Pak Slamet, FAKTA disambut oleh Pak Slamet sekeluarga. Perjumpaan langsung dengan Pak Slamet ini digunakan sebaik-baiknya oleh ketiga tamu dari Jepang yang ingin mengetahui informasi tentang kondisi daerah tanpa status kepemilikan itu. Dengan jelas dan jujur, Pak Slamet mengisahkan perjalanan hidupnya dari Temanggung hingga Jakarta. Beliau juga menceritakan latar belakang keberadaan tempat tinggalnya di Rorotan dan isu-isu pengakuan status kepemilikan tanah yang baru saja beredar. “Isu-isu pengakuan tanah tersebut menggelisahkan kami karena disertai isu penggusuran rumah Bu...” ungkap Pak Slamet kepada Bu Ino dan Pak Yoko, pengurus dari FAKTA. Semua kisah Pak Slamet diterjemahkan oleh Bu Ino ke Bahasan Jepang supaya dapat dimengerti tiga orang tamu FAKTA. Setelah selesai Pak Slamet menyelesaikan kisah perjalanan hidupnya, terjadi tanya jawab antara FAKTA dan Pak Slamet. Data dan informasi yang disampaikan oleh Pak Slamet dirasakan sebagai hal yang sangat berguna sekali bagi pembelajaran ketiga tamu FAKTA tentang realita slum-area di Jakarta. “Kalau harapan saya, ya, mendapatkan rumah dengan surat kepemilikan tanah yang jelas Bu, supaya ndak gelisah terus seperti sekarang ini.” kata Pak Slamet ketika ditanyai tentang harapannya sekaligus menutup perbincangan hangat siang itu. Acara kunjungan di rumah Pak Slamet diakhiri dengan foto bersama dengan keluarga Pak Slamet.



Dari rumah Pak Slamet, FAKTA mengunjungi rumah Mas Opik di Rorotan Luar. Mas Opik menyambut kedatangan FAKTA di rumah kayunya yang berdiri tepat di atas kali. Pak Yoko segera mengawali pembicaraan dengan meminta kesediaan Mas Opik untuk menceritakan kondisi tempat tinggal di Rorotan Luar. Mas Opik pun menceritakan hal-hal teknis tentang jalan yang ditempuh warga Rorotan untuk memperoleh akses air dan listrik. Cara-cara ilegal yang dipakai warga Rorotan mengakibatkan warga dicap buruk oleh petugas PLN dan PDAM. “Lha, mau gimana lagi Pak, dari pada pasang sendiri mahal, lebih baik satu yang pasang, yang nyalur banyak. Nanti, saya tinggal bayar ke tetangga yang pasang listrik.” begitu ungkap Mas Opik dengan jujur kepada FAKTA. Di rumah Mas Opik pun ketiga tamu dari Jepang menanyakan isu-isu terkait dengan penggusuran dan proyek yang melatarbelakangi penggusuran. Mas Opik menanggapi dengan menceritakan isu-isu yang diketahuinya. Setelah perbincangan beberapa saat, FAKTA berpamitan dengan Mas Opik untuk kembali lagi ke kantor.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline