Lihat ke Halaman Asli

Si Homo Lewat, Sahabat Tetap

Diperbarui: 30 Juni 2015   15:27

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Fiksiana. Sumber ilustrasi: PEXELS/Dzenina Lukac

“Saya manusia, lajang, gadis, tinggal di Ibu Kota dan ya saya perawan.

Pergaulan, umm bagi saya pergaulan saya sudah bebas, bebas memilih siapa saja yang bisa bermain dengan saya, bebas menentukan kemana saya menghabiskan waktu, bebas menikmati tempat berlibur kemana saya mau dan mampu. Bebas menggunakan atribut yang saya kenakan untuk bertemu. Tapi, bebas saya tidak membuat saya “Keblinger” kata orang-orang tua kebanyakan. Saya tidak merokok, saya tidak clubbing, saya tidak melakukan seks sebelum nikah. Salah kah itu semua? Tidak, bagi pro kamu, bagi saya itu semua hanya mengganggu kenyamanan hidup saya. Culun? Tidak gaul dan tidak wajar untuk anak jaman sekarang? Ya, bagi mereka anak muda pendukung kebebasan yang absurd tanpa batas, saya hanyalah manusia culun yang sedang menunjukkan kemunafikannya. Atau bahkan tidak sedikit yang bertemu dekat menuduh saya pencitraan dan tidak mungkin masih dalam keadaan “baik-baik saja.” Lucu ya? Ya itulah sifat-sifat sinis yang sudah berakar bagi sebagian banyak orang, tapi kamu, semoga tidak ya :). Berlibur, keluar kota, hanya sepasang, apa salahnya? Berpakaian terbuka dengan memamerkan ketiak dan kaki, apa salahnya? Akur dengan banyak lawan jenis, apa salahnya? Bagi kalian yang meragukan, mungkin saya salah karena terlihat “menggoda” dengan apa –pun itu saya tidak tahu karena bagi saya, pakaian saya selalu saya sesuaikan dengan hajat yang akan saya datangi.

Mungkin saya salah karena pergaulan kalian tidak sebebas saya? Kalian terkurung dalam dunia keharusan? Dimana untuk dikatakan gaul kalian harus clubbing setiap malam? Untuk mendapat pengakuan sebagai anak kekinian kalian harus merokok dalam bagian dari pergaulan? Untuk mendapat gelar teman kalian harus merogoh kocek dalam dari kantong siapapun? Untuk mendapat kesan lebih kalian harus berani menyalahi kesantunan dengan merogoh isi pakaian dari lawan jenis? Seterkurung itukah sampai tidak ada kemampuan kalian mengatakan tidak untuk hal yang memang tidak layak dijadikan simbol-simbol masa kini. Kasihan.”

Artikel itu terpampang di majalah dinding sebuah sekolah menengah atas yang dikenal dengan siswa-siswi kalangan atas yang sebagian besar terlihat sebagai pengikut paham hedonisme

Tidak perlu dirunut terlalu jauh, dua contoh sederhana yang sangat ringan dan nyata adalah ketika wabah selfie yang dikatakan sangat kekinian menimbulkan banyak gangguan bahkan sampai beberapa tempat wisata berani melarang pengambilan foto selfie melalui tongsis, karena mereka tahu ada keamanan dan kenyamanan yang terusik disitu, bagi penggila selfie? Itu hanya sebuah alasan dan tidak akan menimbulkan bahaya, nyatanya? Selain sifat pamer yang semakin berkembang didalam diri seseorang ada kematian yang akhirnya ditemukan juga disana. Begitu juga dengan salah satu benda yang mengindikasikan kekinian, gadget, ya ketika banyak pengembang ponsel pintar berburu kemenangan dalam menunjukkan kehebatan kemajuan teknologinya, ada banyak juga iklan-iklan sosial yang menyindir kesalahgunaan barang bermutu itu, ya, kehilangan waktu secara horizontal dengan lingkungan sekitarnya seperti pernah terdengar “mendekatkan yang jauh dan menjauhkan yang dekat.” Kematian? Tidak sedikit juga bisa kita dapat beritanya dari kegilaan gadget ini, pertengkaran? Dan percabulan tentunya. Salah barang-barang itu kah? Tidak, salah siapa? Salah manusia terkurung yang merasa harus mengikuti tren-tren yang tidak bernilai positif bahkan mengurangi kepekaan hati secara tidak langsung, menghalalkan semua hal yang bagi mereka bisa dijelaskan secara logika.

Logika, ya, ciptaan terbaik itu sering disalahgunakan pemiliknya, bagai sebuah bumerang bagi penciptaNya. Seingat saya yang tidak pandai ini, logika diciptakan salah satunya sebagai pembeda antara manusia dengan hewan. Ingat, pada awalnya. Manusia diciptakan lebih tinggi dari ciptaan lain dengan penyertaan logika sebagai bagian dari keutuhannya. Tapi logika itu dijadikan alasan untuk menyerang penciptanNya.

Menjadi Atheis, tidak percaya Tuhan tidak juga Dewa-Dewi lalu yang disembah siapa? Uang? Hahaha bercanda, bukan permasalahan siapa yang disembah atau dipuja-puji. Lalu manusia pertama diciptakan siapa? Dan jeng...jeng!!! Dengan keangkuhan penggunaan logika orang-orang hebat bermunculanlah teori-teori ilmu yang menjabarkan bagaimana manusia pertama dibentuk, walaupun akhirnya teori-teori tersebut hanyalah berakhir pada sebuah teori dan menjadi bagian dari ilmu yang harus diketahui.

Lalu inti tulisan ini dimana? Tidak ada sebenarnya, saya hanya sekedar mengisi waktu luang yang terhampar luas saat ini hahahaha. Alasan saya mencurahkan pemikiran saya disini adalah, kelucuan manusia-manusia yang merasa sangat masa kini dengan menyetujui dengan logika mereka sebuah hubungan yang menantang, ya homoseksual, dengan simbol pelangi dan cintanya.

Apa yang salah dengan cinta? Tidak ada, bagian terindah dalam hidup di dunia adalah cinta, dan perasaan itu tidaklah pernah tidak menyenangkan, anda pernah mengalaminya kan? Mengakui bahwa cinta itu indah? Pasti. Kalau merana bukan cinta yang salah tapi kamu yang salah menamai dia cinta.

Cinta tidak pernah salah, begitu sering dikumandangkan tentangnya. Cinta memang tidak terbatas pada apapun, termasuk diantaranya tidak harta, tidak tempat, tidak usia, tidak pula lawan jenis. Tidak terbatas pada lawan jenis? Ya, betul. Kamu mencintai Ayah dan Ibumu bukan? Tidak mungkin kalian bertiga memiliki 3 jenis kelamin yang berbeda toh, karena hanya dua yang pernah ada dan selalu ada, yang ketiga... pasti iblis, hahaha begitu candanya, siapa pihak ketiga selalu disebut setan / iblis, jadi lahir sebagai anak ketiga nista donk? Tidak, kamu urutan ketiga bukan sebagai pihak ketiga jadi kamu sebanding dengan yang lainnya. Jadi sebagai agent, broker, hakim, bla bla bla juga iblis dong? Lah yang ini juga bukan, kalian sebagai penengah, perantara, penolong jadi bukan golongannya, intinya, kelamin itu diciptakan hanya dua, bukan tiga, yang tiga mengada-ada tidak ada hubungannya dengan ketiga dalam hal lain xixixixixi.

Mendukung gerakan saling mencintai, benar adanya, tapi dengan pelangi-pelangi indah yang menuntut untuk dimaklumi itu, kok rasanya banyak sekali keindahan yang dinistakan ya? Cinta tidak pernah mengganggu, tidak merusak, tidak menyakiti, tidak menghancurkan dan tidak hal-hal buruk lainnya. Kamu homoseksual dan kamu merasa dunia kamu dengan pasangan kamu tidak mengakibatkan hal-hal buruk disekitarnya? Kamu salah, karena kodrat cinta yang baik, indah dan terpuji sudah kamu paksa melakukan hal menyimpang dengan menarik paksa dia berdiri sebagai pembela dibalik penyimpangan kalian.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline