[caption id="attachment_167178" align="aligncenter" width="640" caption="Ilustrasi/Admin (Shutterstock)"][/caption] Sebut saja namanya si Junkie, begitu panggilan yang jelas terarah kepada para pemadat, penggila narkotik beserta obat - obatan terlarang yang sangat mematikan. Menginjak bangku SMP, bergaul dengan para "pemakai" ini adalah suatu hal yang keren buat para anak baru gede tahun 1990 an, begitupun dengan saya, berusaha mempunyai teman kompak seperti mereka karena bisa menjadikan kita punya nama, beken , gaul , maklumlah jaman itu model Macho ( Manusia Cholun / Culun ) dengan tas koper di jinjing, merupakan gaya saya pada saat sekolah. Jadi karena sering menjadi guyonan rekan - rekan di sekolahan, image tersebut berusaha saya rubah berkarib dengan para pemakai dan jagoan - jagoan saat itu. SMK doyan tawuran, Image ingin punya nama, beken, disegani merupakan cita - cita kebanyakan anak laki - laki , sehingga saya memilih memasuki suatu sekolah di kawasan Jakarta selatan yang terkenal sebagai biang kerok tawuran seantero Jabodetabek, di sekolah tersebut, pengawasan guru hanya tertuju mengajar dan mengawasi , menjauhkan para anak didiknya dari tawuran yang menjadi makanan sehari - hari . Maka terluputlah pemantauan para pemakai narkoba, yang ternyata di sekolah tersebut juga cukup banyak. Bersahabat dengan Junkie, dalam kesehariannya mereka berperilaku beda dengan kawan lainnya, seperti : Memiliki kendaraan bermotor, padahal sebagian besar naik angkutan umum Berpakaian lebih rapih, sedangkan kebanyakan kami suka mencoret- coret baju Doyan berganti - ganti pacar dan gosip Royal dalam mengeluarkan uang Suka menginap di rumah kawan - kawannya Tidak menyukai olahraga Ganja dan Pil BK, adalah barang yang paling di gemari, bahkan pernah supaya saya di terima bergaul dengan mereka daun - daun kecil pagar tanaman, saya linting, lalu berpura - pura fly / mabok, dan itulah pengalaman lucu ketika para senior meminta barang itu kemudian mereka fly juga, aneh masa sih bisa begitu, padahal itu daun yang banyak tumbuh di pekarangan rumah, ternyata mereka juga banyak yang sekedar hanya ikut - ikutan saja demi gaya. Di kelas 3 SMK seorang teman karib curhat kepada saya bahwa pacarnya telah meminta pertanggung jawabannya atas apa yang mereka lakukan saat menggunakan barang haram, ya kelakuan mereka di ketahui orang tua, yang akhirnya memaksa keduanya menikah, karena si wanita telah berbadan dua. Si gadis yang bersekolah beda dengan kami, akhirnya harus meninggalkan bangku sekolahnya dan diusir dari rumah orang tuanya, menghidupi hasil cintanya bersama temanku si Junkie. Temanku yang belum berkerja harus berjuang sembari sekolah dengan membohongi orang tuanya lewat permainan biaya - biaya sekolah yang di mark up setinggi - tingginya, dan mereka mengontrak rumah petakan, dengan kehidupan yang mengerikan.
Begitu tamat sekolah temanku si Junkie bekerja sebagai juru parkir dan jagoan kawasan, baru beberapa tahun tidak bertemu, kuterima kabar di Koran, dan informasi dari teman - teman lainnya dia telah meninggal dunia, akibat di keroyok orang saat terlibat perkelahian perebutan area parkir . Informasi kepastiannya adalah, saat terjadi perkelahian semua kawan - kawan parkir teman si Junkie mundur karena diserang kelompok tertentu tetapi si Junkie yang dalam keadaan mabuk malah maju sendirian menantang para penyerang dan terluka parah, lalu meninggal. Kawanku ini rupanya tidak juga berubah setelah sekian lama tidak bertemu, dan keterikatannya pada narkotika juga minuman keras membawanya pada kematian.
Selamat jalan teman, semoga tidak ada lagi Junkie - Junkie berikutnya
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H