Lihat ke Halaman Asli

Piere Barutu

TERVERIFIKASI

Citizen Journalism

Penyesuaian Harga Elpiji 12 Kg (Non Subsidi)

Diperbarui: 18 Juni 2015   01:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1410062789444624184

[caption id="attachment_322663" align="aligncenter" width="436" caption="Foto oleh Piere Barutu, Truck Agen Gas Elpiji 12kg di Kelapa Gading Jakarta"][/caption]

Liquefied Petroleum Gas (gas elpiji) adalah salah satu bidang energi vital yang berkaitan dengan kebutuhan masyarakat banyak yang memiliki karakteristik sebagai public utilities pada pengelolaannya membutuhkan sentuhan yang humanis. Sebenarnya sudah banyak cara aktual yang sudah di ambil oleh Pertamina sebagai operator tangan kanan pemerintah seperti yang pernah diberitakan pada koran Kompas 15 Juli 2014 : PT Pertagas Niaga, anak usaha Pertamina Gas siap mengelola proyek jaringan gas rumah tangga di Blora Jawa Tengah.Dengan cara cara yang tepat sasaran ini sepertinya untuk menyalurkan kebutuhan rakyat akan gas akan lebih mudah dan mampu meminimalkan ongkos pendistribusian.

Namun sampai saat ini Pertamina selalu saja terbentur dengan kerugian dari subsidi, dari temuan hasil pemeriksaan BPK : Pertamina menanggung beban kerugian atas bisnis LPG 12 kg dan 50 kg selama periode tahun 2011 sampai dengan Oktober 2012 sebesar 7.73 triliun rupiah. Maka sebagai tindak lanjutnya Pertamina harus menaikkan harga jual LPG jenis tersebut dengan tetap mempertimbangkan harga patokan dan daya beli konsumen.

Saat ini harga jual sampai ke tingkat pengecer sangat bervariatif dengan margin selisih 1000 rupiah sampai dengan 10.000 rupiah, karena di sesuaikan dengan biaya transportasi dan jarak pengiriman serah terima wilayah tujuan pemukiman warga.

Sebagai salah satu perusahaan terbesar di dunia dengan peringkat ke 123 versi Fortune Global 2014 berdasarkan total pendapatan perusahaan selama tahun fiskal sampai 31 Desember 2013, Pertamina berhasil mencatatkan total pendapatan sebesar 71.1 miliar dollar AS meningkat dari tahun 2012 yang mencapai 70.9 miliar dollar AS dengan keuntungan bersih pada tahun 2013 meningkat 11% menjadi 3.07 miliar dollar AS dari tahun sebelumnya, namun dari sisi pendapatan bisnis LPG non subsidi 12 kg di tahun 2013 Pertamina mengalami kerugian 5.7 triliun.

Penyaluran LPG dengan tabung 3 kg, 12 kg dan 50 kg adalah bentuk pelayanan prima dari Pertamina, kenaikan anggaran subsidi energi tahun ini harus di akui naik dari 282.1 triliun rupiah menjadi 350.31 triliun rupiah, namun dengan lonjakan anggaran subsidi energi ternyata tidak balance dengan pemasukan dari kas setoran perpajakan turun dari target APBN 1.280.3 triliun rupiah yang ternyata hanya mendapatkan sekitar 1.246.1 triliun rupiah.

Dari angka - angka itu, subsidi tetap menjadi penting di perlukan demi mewujudkan kesejahteraan rakyat, namun subsidi harus bisa korektif juga redistributif, subsidi di Indonesia harus berjalan untuk mengecilkan kesenjangan sosial (social gap), dengan tidak mengkesampingkan tujuan murni dari anggaran subsidi maka di perlukan struktur pengawasan dari kebijakan alokasi mengalirnya subsidi berdasarkan sasaran, tujuan dan besaran yang akan di terima.

[caption id="attachment_322664" align="aligncenter" width="490" caption="Foto oleh Piere Barutu, Warga menggunakan Elpiji 12kg di Tebet Jakarta"]

14100629222006583497

[/caption]

Jadi bagaimanakah seharusnya pemerintah dan masyarakat bijaksana menyikapi subsidi energi dalam hal ini LPG:

LPG yang di kenal dalam bahasa dan kegunaan sehari hari adalah : gas elpiji tabung 3 kg hanya berhak di gunakan untuk masyarakat kelas menegah ke bawah, sedangkan 12 kg dan 50 kg non subsidi di distribusikan untuk di pakai masyarakat mampu. Selain pemgawasan di butuhkan tumbuhnya kesadaran bersama di lapangan mulai tingkat Agen, Sub Agen (Pangkalan) sampai pengecer. Maka sepatutnya hal seperti ini bisa berjalan normal: gas elpiji subsidi di gunakan menyalakan api untuk memasak kebutuhan pokok rumah tangga demikian juga bagi masyarakat mampu segera beralih ke gas elpiji non subsidi 12 kg, jangan sampai ada gas subsidi di gunakan lagi sebagai energi pemantik pemanas air kamar mandi.

Rencana Pertamina menyesuaikankan harga jual elpiji non subsidi 12 kg di kali kedua ini setelah yang pertama pada bulan Januari 2014 lalu yang harganya sampai di tingkat pengecer mencapai Rp 110.000 / tabung, maka di prediksi harga mencapai kisaran 130.000 rupiah / tabung jika Pertamina  menaikkan 1500 rupiah / kg berdasarkan informasi dari staf Pertamina diacara Kompasiana Nangkring bersama Pertamina di Penang Bistro 29 Agustus 2014 yang lalu.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline