Lihat ke Halaman Asli

Siswa Rizali

Komite State-owned Enterprise

Jiwasraya & Bangkitnya Saham BUMN Gorengan

Diperbarui: 24 Juli 2020   14:04

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Sumber grafik: Google Finance

Melihat dinamika beberapa saham yg diduga menjadi penyebab kerugian institusi keuangan BUMN, dapat diduga akan menjadi sebuah argumen menarik dari para tim pengacaranya.
Bahwa begitulah dinamika pasar, kadang harga saham turun dan menyebabkan kerugian. Lain waktu harga saham naik dan menghasilkan keuntungan.

Dan kemudian berlanjut dengan berandai-andai: bila saham-saham milik bos2 besar yg minjam duit BUMN tidak disuspen, maka mungkin saja sekarang harganya pulih dan kerugian yang terjadi di bumn keuangan itu berbalik menjadi untung.

Sumber grafik: Google Finance

Sumber grafik: Google Finance

Sumber grafik: Google Finance

Namun pertanyaannya tetap: apa bisa sekedar untung dari segi valuasi catatan dirubah jadi untung benaran?
Toh semua tahu, harga sahamnya naik karena pihak berkepentingan membelinya sendiri. Pemilik lain sudah minimal, sehingga tidak ada kekuatan jual.
Tapi bila si BUMN keuangan pemilik saham gorengan itu mau menjual sahamnya, apa bisa itu keuntungan catatan valuasi jadi duit beneran?
Apa bisa harga saham di pasar bertahan saat ada jualan yg signifikan?

Sudah gak perlu dipikirin, lihat nasib sugi lcgp agis trub kark dan banyak lagi.

Intinya: "Those who cannot remember the past are condemned to repeat it." (George Santayana). 

Ya seperti nasib beberapa Dana Pensiun BUMN yang rugi besar karena main saham gorengan. Ada yang berakhir di penjara, ada yang bisa lolos, ada yang terlupakan begitu saja. Para peserta Dana Pensiun BUMN ini juga tidak perduli: toh nanti semua ditanggung negara!!!

Tapi, bila anda masih ingin coba trading saham harian, maka perhatikan pernyataan Jesse Livermore (JP Morgan konon meminta bantuan dia di tahun 1907 untuk stop jualan agar pasar stabil) berikut:
"Money is made by sitting, not trading."
"It never was my thinking that made the big money for me. It always was my sitting. Got that? My sitting tight!"

Penutup, lihat catatan sebelumnya:

Jiwasraya: Rampok Bersenjata Saham Gorengan

Jiwasraya, BUMN, dan Saham Gorengan

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline