Lihat ke Halaman Asli

Siswa Rizali

Komite State-owned Enterprise

Duel Saham Vs Obligasi; Akhirnya Saham Menang….

Diperbarui: 26 Juni 2015   03:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

1340701688729479848

Setelah bertarung sepanjang Okt 2010 - Feb 2011, akhirnya duel saham vs obligasi dimenangkan oleh optimisme saham. IHSG menembus titik baru pada akhir April. Setelah sempat konsolidasi di Mei-Juni, IHSG berhasil menembus 4000 (8 Juli). Pemulihan IHSG juga disertai pemulihan Indeks Harga Obligasi yang luar biasa sepanjang Maret-April. Grafik1: IHSG (hitam) vs HSBC Bond Index (Coklat)

Berita buruk krisis utang di Eropa (yaitu di: Yunani, Portugis, Irlandia), ternyata menjadi berita baik bagi Indonesia. Investor global melakukan realokasi investasi portofolio ke negara-negara Asia yang memiliki fundamental kuat dan imbal hasil obligasi yang tinggi. Indonesia menjadi pilihan utama, terlihat dari peningkatan kepemilikan Surat Utang Negara oleh investor asing yang telah mencapai Rp 241 Triliun (15 Juli) , naik dari Rp 195 triliun pada akhir Januari 2011 (lihat Statistik Kepemilikan SUN di www.dmo.or.id ) . Rally IHSG kembali dipimpin oleh saham sektor konsumer yang menjadi favorit tema investasi emerging market spt Indonesia. ASII, GGRM, dan bank besar (BBRI BBCA BMRI) menembus titik tinggi baru. Sepertinya titik 4000 menjadi point kritis bagi IHSG: apakah akan terus rally menjadi bubble baru di Asia (PER ke 25, atau IHSG 6000), atau malah stagnan dan koreksi ke titik rata-rata jangka panjang (mean reversal)? Rally saat ini mengingatkan penulis pada rally saham di China tahun 2007: ketika pesimisme berkembang di ekonomi Amerika /Eropa, optimisme berlanjut di China. Valuasi IHSG yang premium terhadap regional (vs Malaysia, China, India, dll), momentum ekonomi makro global yg melambat (=negatif), dan optimisme investor ritel yang luar biasa, merupakan kombinasi yang menjadikan investasi saham dalam kriteria 'risiko tinggi, potensi imbal hasil rendah' (high risk, low return). Kalau pun tetap berinvestasi di saham, sepertinya rotasi sektoral perlu dipertimbangkan: jauhi saham konsumer, pilih saham yang sudah lama diabaikan investor (properti - ctrp ctra apln, tambang - INCO MEDC. Bahkan TLKM!!!).

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline