Lihat ke Halaman Asli

Kehidupan Manusia dan Kecerdasan Buatan

Diperbarui: 5 Juli 2022   19:25

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Foto hasil GPT-3 dengan perintah “A photo of an astronaut riding a horse.” 

Beberapa tahun belakangan ini, kita secara tidak sadar menjadi bergantung pada kecerdasan buatan. Mulai dari media sosial, mencari sesuatu di internet, hingga menemukan rute paling efisien pada peta, kecerdasan buatan menunjukkan kemampuannya dalam memecahkan masalah sepele dalam keseharian kita.

Secara istilah, kecerdasan buatan atau artificial intelligence (AI) adalah simulasi kecerdasan manusia yang dimodelkan ke dalam mesin dan diprogram agar dapat berpikir seperti layaknya manusia. Menurut John McCarthy, kecerdasan buatan adalah ilmu rekayasa untuk membuat mesin cerdas, yang mana ilmu ini terkait dengan memahami kecerdasan manusia menggunakan komputer, tetapi tidak harus membatasi dirinya pada metode yang dapat diamati secara biologis.

Penggunaan kecerdasan buatan sangatlah luas. Seperti saat kita mencari sesuatu di internet, kita sering mendapatkan hasil yang kita inginkan pada halaman pertama hasil pencarian. Situs-situs tersebut bukanlah situs dengan dengan pengunjung terbanyak ataupun situs dengan penghasilan tertinggi, melainkan situs tersebut ialah paling relevan dengan kata kunci yang dicari.

Dengan kecerdasan buatan, sebuah mesin pencari (search engine) akan mengurutkan semua situs di internet yang kemudian difilter dan diurutkan berdasarkan relevansinya dengan sebuah kata. Bila tugas ini dikerjakan manual oleh manusia, pastinya akan memakan waktu yang lama dan sangatlah tidak efisien.

Selain dapat bekerja dengan efisien dan efektif, kecerdasan buatan juga dapat mengambil keputusan lebih cepat dibandingkan manusia, membantu ilmuan menemukan penemuan baru, melakukan pekerjaan yang berulang, serta membantu mengerjakan hal-hal yang beresiko bagi manusia, seperti dalam menjinakkan bom hingga penambangan minyak dan batu bara.

Kecerdasan buatan juga sangatlah impresif dalam mengerjakan suatu hal spesifik. Seperti GPT-3 yang dapat membantu penulis dalam membuat artikel, membantu programmer dalam menyelesaikan koding, hingga membuat chatbot yang dapat menjawab percakapan dengan natural. Serta DALL-E 2 yang dapat membuat foto yang realistis, hanya dengan perintah tulisan yang kita inginkan.

Foto hasil GPT-3 dengan perintah “Photo of hip hop cow in a denim jacket recording a hit single in the studio.”

Disamping itu semua, kecerdasan buatan tidaklah sempurna. Kecerdasan buatan membantu meningkatkan resiko pengangguran. Hal ini dikarenakan manusia lebih mudah melakukan kecerobohan (human error) dibandingkan kecerdasan buatan. Sedangkan dalam pekerjaan, efisiensi sangatlah penting. Sehingga akan banyak pebisnis yang lebih mempercayai kecerdasan buatan dibandingkan manusia.

Bagaimana perkembangan kecerdasan buatan di Indonesia?

Banyak dari warga Indonesia sudah mengetahui serta mencicipi kecerdasan buatan. VMware menunjukkan survei yang diadakan pada 2020, bahwa 78% warga Indonesia sudah mulai mempercayai kecerdasan buatan. Angka tersebut terbilang tinggi jika dibandingkan dengan nilai rerata Asia Tenggara, yang hanya mendapatkan nilai 70%.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline