Lihat ke Halaman Asli

Piccolo

Orang biasa

Perempuan di Pelabuhan

Diperbarui: 28 Januari 2022   20:32

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Merapat ketika kapal sandar, berjejal dengan otot-otot kaum adam dan bau ketiak yang menyengat
Berdesak sesak menawarkan jasa angkut
Kuli pikul pelabuhan
Menyakinkan siapapun bahwa kau cukup kuat untuk menggendong bawaan mereka
Sesaat sebelum kau melebur ke tengah lautan manusia, kau titip pesan pada anakmu
"Tunggu mama di sini, jangan nakal dan jangan ke mana-mana"
Bergulir, bergelut, bertaruh
Kau junjung beban di kepalamu, kau gendong berat di bahumu, kau jinjing amanah di tanganmu
Jarimu kasar, kapalan dan mengeras
Dengan sisa-sisa nanar disana sini jejak keratan beban yang kau bawa, kau terima upah dari mereka seraya hatimu berucap
Alhamdulillah, kau masih bisa makan hari ini, nak
Kontrakmu dengan Tuhanmu, untuk jadi penjamin kebahagiaan dia yang sedang Tuhan titipkan padamu, kau bayar dengan lunas
Perempuan di pelabuhan
Tuhan sedang mengijinkan anakmu tinggal di firdaus bahkan ketika dia masih berjuang di dunia

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline