Angin subuh masih terasa dingin dan basah karena sisa hujan semalam. Ayam jantan pun malas meninggikan kokokannya untuk membangunkan umat manusia menyambut hari baru mereka. Fajar pun seperti masih tertidur di singgasananya. Hanya ada lampu jalan yang masih tetap menyala untuk menerangi sekitaran.
Sejak tadi Danar sudah sibuk di dapur menyiapkan sarapan untuk El anak kesayangannya. Walaupun ada Bi Uci yang telaten merawat El ketika Danar bekerja, Danar tak pernah melupakan tanggung jawabnya sebagai seorang ibu. Tangan lentiknya tak pernah libur sehari pun kalau urusan El. El lahir premature. Danar pernah hampir kehilangannya. Itu mengapa Danar selalu ingin menyiapkan semuanya sendiri sebelum dia pergi bekerja.
"Bi, El sudah sarapan dengan saya tadi. Saya berangkat dulu. Tolong jaga El ya, Bi." Ucap Danar ketika berpamitan seraya menyerahkan El pada Bi Uci.
"El sama bibi lagi, ya. Mama pergi kerja dulu. Jangan bandel, ya sayang." Danar mengelus kepala mungil El.
El menurut. Dia memang anak yang baik. El bahkan tak pandai merengek layaknya anak-anak seusianya. Bagi El, bermain dengan Bi Uci dan Sapi sudah cukup membuatnya bahagia. Sapi, nama kucing kesayangan El.
Danar menyalakan coffee machine kesayangannya. Meyiapkan biji kopi yang baru di roasted, mengisi grinder-grinder dengan biji kopi pilihan. Sudah sejak lama Danar mencintai kopi. Kesungguhannya mencintai kopi yang menjadikannya pengusaha kopi sekaligus barista professional seperti sekarang. Danar juga membuka kelas barista bagi siapa saja yang tertarik memahami kopi.
"Morning, cantik. Espresso atau cappuccino?" Danar menyambut pelanggan pertamanya hari ini.
"Cappucino. Toraja based." Pesan Ana, pengunjung setia Procaffeinating milik Danar.
Aroma kopi kuat tercium di seluruh ruangan. Mengusung konsep modern vintage untuk indoor dan nature untuk outdoor, Procaffeinating memberikan atmosfer yang nyaman layaknya dirumah sendiri. Jika dilihat dari depan, tempat itu lebih terasa seperti kebun kopi di tengah kota. Pantas saja mereka yang datang betah berlama-lama disana. Dan selalu punya alasan untuk kembali.
Mereka yang sudah pernah berkunjung pasti punya seribu alasan untuk datang. Warung kopi itu memang tak terlalu besar. Dan selalu tutup pada hari Minggu. Banyak pengunjung yang sudah menunggu pelebaran warung kopi kesayangan mereka Itu. Tapi sayang, Danar sepertinya belum memikirkanya.
Begitulah setiap hari Danar menghabiskan waktunya. Hari-harinya hanya habis di rumah bersama El atau meracik kopi. Danar bahkan nyaris tak punya waktu hanya untuk sekedar bermanja-manja ke salon. Jika akhir pekan tiba, Danar lebih suka nonton di rumah bersama El dan Bi Uci.