Malam semakin larut
tapi apa daya
aku kini terperangkap di bawah cahaya purnama.
Terperangkap oleh tangan-tangan tidak kasat mata
oleh detak jantung yang sukar dinetralkan
oleh debur ombak
oleh hangat yang diciptakan rasa
oleh damai yang diciptakan hening.
"Sudah malam, Kak,"
suaramu merambat di antara angin segara
dan jatuh dengan lembut di gendang pendengaranku.
"Aku antar pulang sekarang?"
aku ikut memecah keheningan.
Dalam jeda kamu nampak bingung
apa harus menggeleng
atau mengangguk
walau pada akhirnya
kamu mengangguk dengan setengah hati.
Sepertinya bukan hanya aku.
Ya,
kita berdua sedang terperangkap di bawah cahaya purnama.
Terperangkap oleh detak jantung yang sukar dinetralkan
oleh debur ombak
oleh hangat yang diciptakan rasa.
---
barombong, 19 september 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H