Menjelang waktu magrib tiba
aneka penganan dan minuman teman berbuka tersaji di depan mata
menanti dirinya ditukar dengan rupiah demi rupiah.
Sudah jadi tradisi bulan puasa
menjelang waktu berbuka
jalanan dan sudut-sudut kota maupun desa
jadi meriah oleh penjual, pembeli dan transaksi.
Siapapun boleh "berburu" takjil
yang berpuasa atau tidak berpuasa
bahkan
muslim atau bukan.
Tidak perlu jadi isu apalagi polemik.
Ramadan terlalu akbar untuk dikerdilkan
hanya gara-gara identitas para pembeli.
Bukankah "berburu" takjil tidak hanya sekadar transaksi saja?
Ada gotong-royong di sana
ada silaturahmi di sana
dan ada nilai-nilai yang membuat kita semakin menjadi manusia
saat meminta penjual menyimpan saja uang kembaliannya
atau memberi porsi tambahan pada pembeli yang tiba di menit-menit terakhir.
Jadi tidak perlu lama menyimpan kecewa
saat masih banyak makanan dan minuman yang tidak laku terjual
atau saat pembeli-pembeli kehabisan takjil favoritnya.
Kebaikan pasti akan menemukan jalannya
apalagi di bulan penuh berkah ini.
---
barombong, 24 maret 2024
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H