Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Puisi: Bahu

Diperbarui: 9 Februari 2024   20:30

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

gambar oleh Mabel Amber dari pixabay.com 

Pada suatu senja
saat kaubersandar di bahu ini
kita bercerita tentang warna-warni yang menggantung di ujung barat.
Katamu senja berwarna tembaga karena dia sedang bersedih
berpisah dengan matahari.

Aku berkata sebaliknya
senja sedang merona malu-malu
dia bahagia
karena akan segera menjemput bulan purnama, kekasihnya.

Kita memang tidak selalu seia sekata dalam segala hal
tapi demikianlah hakikat persahabatan sejati, bukan?

Sekarang
bahu ini merindukanmu
merindukan kepala yang bersandar di situ
merindukan desir rambutmu yang dibuai angin segara.

Aku pun menyadari
walau bahuku lebih sering jadi sandaran
kehidupanku pun sering bersandar di bahumu.

Jadi
biarlah bahuku
bahumu
bahu-bahu kita
ditegarkan waktu dan rindu yang bisa begitu tak bertepi.
Agar saat bertemu kembali
siapapun boleh bersandar di bahu siapapun sepuasnya.

Lalu kita bercengkerama
berdebat
atau bercerita tentang senja
tentang fajar
dan pernak-pernik kehidupan di antara keduanya.

---

barombong, 9 februari 2024

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline