Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Puisi: Hujan dan Kenangan

Diperbarui: 4 Januari 2024   20:48

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar oleh dari pixabay.com

Purnama tertutup awan hitam. Hujan menderas. Di atas jalanan yang tergenang riak-riak menari setiap kali motor dan mobil melintas buru-buru. Hujan menghadirkan kenangan demi kenangan, memenuhi udara metropolitan yang dingin.

Di sana, di bawah kanopi toko yang sudah tutup berjam-jam lalu, satu buah sepeda motor dan sepasang remaja mematung cemas. Sementara itu senyum semringah terukir di wajah abang penjual bakso yang sejak tadi sibuk melayani pembeli dari balik gerobaknya. Beda lagi dengan abang ojol yang sudah dua kali mengitari gang di pojok jalan protokol. Dia khawatir makanan yang diantarnya keburu dingin, sedangkan titik lokasi si pemesan belum ditemukan.

Bahagia, sedih, cemas dan bunga-bunga jiwa lainnya sedang bermekaran di bawah guyuran hujan malam ini, kendati penghujan tiba lebih lambat dari biasanya.

Sebentar lagi potret kehidupan itu akan menjadi kenangan demi kenangan lainnya, lalu dibawa hujan menuju musim berikutnya. Entah tiba lebih cepat atau lebih lambat, penghujan tidak pernah gagal menjalankan tugasnya.

---

barombong, 4 januari 2023




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline