Dua orang politisi sedang beradu argumen dengan sengit. Semakin lama suasana di antara keduanya semakin panas. Dari yang semula hanya adu kata-kata, kini sudah mulai adu gebrakan meja.
Brak! Gubrak! Gubrak! Brak! Tiiiit! Tiiit!
Eh, yang terakhir itu suara dari mesin AC yang diturunkan suhunya. Setelah remote AC diletakkan kembali, suara pertengkaran dan gebrakan meja kembali terdengar.
Brak! Gubrak! Gubrak! dengan suara pertengkaran yang semakin tinggi.
Bahkan bukan sekadar gebrakan meja lagi. Mereka kini mulai adu jotos. Saling memukul dan menendang dengan ganas. Hanya saja karena memang bukan atlet profesional seperti atlet tinju, kempo atau karate, perkelahian mereka jadi lebih mirip dua preman pasar yang memperebutkan janda kembang tapi berkelahinya sambil teler karena kebanyakan miras.
Setelah bermenit-menit berkelahi dengan tangan kosong, mereka pun mulai menggunakan benda-benda yang ada di sekitar mereka, kursi, papan peraga, bahkan meja yang tadinya hanya digebrak. Benda-benda itu melayang ke sana kemari di antara mereka. Ruangan rapat kini jadi mirip kombinasi arena smackdown dan kapal pecah.
Tiba-tiba terdengar suara letusan yang memekakkan telinga.
Keduanya sontak berhenti dan memandang ke arah sumber suara letusan. Di ambang pintu seorang politisi lainnya muncul. Dilihat dari seluruh rambut dan kumisnya yang putih keperakan, dia ini politisi yang sudah sepuh.
Asap tipis keluar dari ujung shotgun yang digenggamnya. Dari sanalah suara letusan tadi berasal.
"Apa sih yang kalian ributkan?" teriaknya kesal.