Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Puisi: Metropolitan, Algoritma dan Payung yang Terbuka

Diperbarui: 5 Maret 2023   21:13

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gambar oleh abdulla binmassam dari pixabay.com

Malam baru saja menggantikan senja saat hujan jatuh dengan deras.
Sejenak layar-layar tertutup
dan payung-payung terbuka.
Dari langit
mereka nampak seperti barisan cendawan
yang bergerak teratur mengikuti pola zebra cross
berhenti dan melaju sesuai irama lampu merah hijau kuning di sudut-sudut perempatan.

Untuk sesaat
semesta seperti ingin menyiram peradaban yang terlalu panas.

Denyut metropolitan tidak akan berhenti
hanya karena hujan yang tumpah dari langit.
Tapi kita sama-sama tahu
metropolitan sudah lama kehilangan jiwanya.
Seluruh kehidupannya sepenuhnya digerakkan oleh algoritma
yang rigid dan gersang.

Jantungnya digantikan clock super komputer
pembuluh darahnya digantikan bandwith
dan neuronnya digantikan modulator demodulator.

Hujan berhenti.
Payung-payung tertutup
dan layar-layar terbuka.
Lihat, algoritma kembali menunjukkan kuasanya.

Mungkinkah metropolitan menemukan kembali jiwanya?

---

kota daeng, 5 maret 2023

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline