Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Cerpen: Matahari Belum Muncul

Diperbarui: 25 Februari 2023   20:22

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi gambar dari freepik.com

Matahari berlarian lincah di atas kepala. Hap! hap! Dia melompat dari kepala yang satu ke kepala yang lain. Selalu ada kepala yang menopang kaki-kakinya, dari ujung timur ke ujung barat.

Setelah menghilang beberapa waktu di balik senja dia akan muncul kembali dari balik fajar. Sesungguhnya ujung barat di sini akan menjadi ujung timur di sana, jadi sebenarnya dia tidak akan pernah berhenti berlari.

Pagi ini dia belum hadir, entah mengapa. Belum ada suara hap! hap! hap! dan belum ada sosok yang muncul berlari dari balik fajar. Aku menunggu beberapa saat di balkon kamar ditemani secangkir kopi yang masih mengepul.

Mungkinkah aku melewatkannya? Atau jangan-jangan dia berhenti berlari karena sudah terlalu lelah?

Aku pun keluar dan berlari ke jalan raya. Ah, pantas saja. Ke mana semua orang-orang? Di luar sini sepi sekali, sejauh mata memandang. Tidak ada kepala-kepala yang akan menopang kaki-kakinya.

Aku tahu apa yang harus dilakukan. Ujung timur di sini adalah ujung barat di sana. Aku akan berlari ke timur untuk menjemput matahari. Siapa tahu dia sedang berada di suatu tempat di sana karena kebingungan.

Jika bertemu aku akan menggendongnya di pundak, mengajaknya menikmati satu dua cangkir kopi di balkon kamar sambil menunggu orang-orang kembali beraktivitas dan memenuhi jalan-jalan kota.

----




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline