Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Cerpen: "Lupa, Yang Mulia."

Diperbarui: 11 Desember 2022   20:44

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi gambar dari unsplash.com

Pada sebuah persidangan, hakim termangu pada jawaban "lupa" dari saksi. Padahal kesaksian itu sangat penting untuk memutus perkara yang sedang dipersidangkan. Hakim yang arif dan bijaksana lalu menyuruh saksi mengingat kembali peristiwa yang barusan ditanyakan.

"Lupa berarti memori Saudara tentang peristiwa itu tertimbun memori-memori yang lain. Coba diingat-ingat kembali, Saudara Saksi. Kami bersedia menunggu berapa lama pun waktu yang dibutuhkan."

Hakim pun membiarkan saksi berpikir keras. Sambil menunggu, mereka menonton partai pamungkas pertandingan world cup yang sudah ditunggu-tunggu semua orang.

Saksi memandang para jaksa yang menatapnya dengan ketus, juga memandang terdakwa dan pengacara yang terkantuk-kantuk di sudut ruang sidang.

Menit-menit berlalu. 5 menit, 10 menit, setengah jam, 45 menit.

"Bagaimana saudara saksi?"

"Masih tidak ingat, Yang Mulia... "

"Oke. Lanjut lagi kalau begitu, tolong diingat-ingat dengan keras. Ini kebetulan kedua tim masih turun minum."

Menit-menit berlalu dengan cepat. Kesebelasan unggulan para hakim sepertinya menang, karena mereka sedang melakukan selebrasi di balik meja sidang. Confetti yang ditembakkan dari party popper berhamburan di langit-langit ruangan.

"Bagaimana, Saudara saksi?" tanya hakim ketua usai euforia kemenangan mereda.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline