Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Puisi: Jurnalisme Warga, Kepala dan Hati

Diperbarui: 21 Juli 2022   19:53

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar oleh Orna Wachman dari pixabay.com

Teknologi informasi telah menghapus sekat-sekat masa dan loka. Hari-hari ini peristiwa begitu mudah tersebar, dalam bilangan menit, detik, bahkan lebih cepat dari kedipan mata di depan layar gawai.

Akhirnya informasi bukan lagi monopoli para pebisnis media. Setiap orang yang memiliki gawai multi fungsi bisa menjadi sumber informasi. Pers tinggal entitas yang nyaris hilang makna, karena rakyat lebih suka mencicipi informasi dari saksi mata.

Lalu kita sampai pada masa jurnalisme warga dengan segala dinamikanya. Sepertinya berita tanpa bungkus jurnalisme yang kaku malah lebih menggugah selera makan. 

Sayangnya, jika "jurnalisme warga" diibaratkan sebagai sebuah tubuh, tubuh itu mulai kehilangan keseimbangan.

Kita semakin memberi porsi lebih besar pada pekerjaan kepala - jurnalisme, ketimbang pekerjaan hati -- warga. Kita mulai kehilangan hati sebagai warga karena tergila-gila dengan berita.

Mungkin karena kita belum tuntas belajar bahwa berita harus diolah menjadi kebijakan untuk membawa kebajikan. Jika seluruh waktu kita habiskan dengan mengejar berita, kapan waktu kita untuk membangun kebajikan?

---

kota daeng, 21 juli 2022

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline