Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Puisi: Menampar Hujan

Diperbarui: 20 Maret 2022   20:23

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi gambar untuk puisi Menampar Hujan dari style.tribunnews.com

Seorang wanita menampar hujan kembali ke langit.

Setelah itu hujan mengurungkan niat untuk jatuh ke bumi, ke atas sirkuit di mana mata seluruh dunia tertuju.

Tapi hujan tidak merasa malu karena tamparan itu. Dia hanya melengos sebentar lalu menyeret jubah abu-abunya beranjak ke atas bumi yang lain.

Jika hujan bisa move on begitu cepat, justru yang merasa tertampar setelak-telaknya adalah para penonton, manusia-manusia sophisticated. Mereka malu karena merasa mata dunia sedang menatap aneh.

Mereka lalu berlomba-lomba memaki telapak tangan wanita itu, karena menganggapnya ikut menampar peradaban yang lebih modern dan rasional. Padahal mereka baru saja mencari hari baik untuk membuka usaha atau memilih tanggal pernikahan.

Mereka lupa setinggi apapun kepalanya menggapai, telapak kakinya masih berdiri di atas tanah yang dibentuk dari ritual dan budaya.

---

messawa, 20 maret 2022




BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline