Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Cerpen: Paranoid

Diperbarui: 22 Januari 2022   13:26

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

ilustrasi gambar untuk cerpen Paranoid. Dari pixabay.com

Sejak melaporkan anak Pak Camat ke kepolisian setempat, kehidupan Baron berubah drastis. Dalam waktu singkat namanya menjadi buah bibir mulai dari lobi hotel berbintang sampai sudut-sudut warung kopi.

Sejumlah orang berpihak pada Baron, terutama lawan politik Pak Camat, tapi tidak sedikit pula yang mencibirnya. Mereka menganggap Baron hanya mencari sensasi saja.

Selamat ini Baron lebih dikenal sebagai makelar proyek. Dia kebetulan kenal dengan sejumlah pebisnis dan kontraktor bangunan. Jadi setiap berhasil menghubungkan mereka dan ada satu proyek yang closed trasanction, dia mendapat fee dari kontraktor. Angkanya kecil-kecilan saja, toh Baron bukan makelar resmi. Tapi lumayanlah untuk tambah-tambah uang saku, apalagi dia sekarang masih pengacara alias pengangguran banyak acara.

Nah, pada proyek terakhir yang diincarnya, sebuah proyek pembangunan klinik kesehatan besar, timnya kalah tender dari PT di mana anak pak Camat menjadi salah satu pemiliknya.

Baron sudah diiming-imingi fee besar kalau proyek tersebut dimenangkan rekanannya. Tapi harapannya pupus. Baron pun menduga ada kecurangan yang dilakukan perusahaan milik anak Pak Camat. Apalagi sebelumnya dia mendengar kabar burung kalau anak Pak Camat pernah terlihat makan malam bersama dengan konsultan perencana pemilik klinik.

Baron pun menghubung-hubungkan dugaan demi dugaan untuk memperkuat argumennya. Ditambah pemikiran kalau anak penyelenggara pemerintahan daerah mestinya tidak boleh terlibat bisnis seperti itu, karena sangat besar potensinya mendistorsi keputusan mitra-mitra bisnisnya.

Baron pun memberanikan diri melaporkan dugaan suap itu ke pihak kepolisian dengan data seadanya.

Dia tidak pernah menyangka laporan itu membawa dia pada peruntungan yang lain. Setelah kabar tersebut beredar, dia mulai diundang pada forum-forum pelajar atau mahasiswa untuk memberikan pandangan-pandangan hukum. Tidak ada masalah besar sebenarnya, karena dia lulusan fakultas hukum. 

Beberapa kali dia juga jadi pembicara pada pertemuan tingkat RT atau RW untuk memberikan pemikiran. Baron dianggap sebagai figur baru, anak muda yang anti mainstream karena berani berhadapan dengan anak pemerintah setempat.

Setiap kali diundang berbicara dia selalu diganjar "amplop" untuk pengganti bensin, bahasa sopannya. Malah akhir-akhir ini, Baron mulai berani menanyakan uang amplopnya dulu di depan sebelum membuat janji mengisi sebuah acara.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline