Kenalkan, aku butiran tanah yang biasanya ada di bawah kakimu.
Aku ingin mengajakmu berbicara, tapi aku tidak ingin bercakap-cakap seperti entitas dengan sesuatu yang berada di bawah kakinya. Aku ingin kita mengobrol hangat dari hati ke hati, seperti dua kawan lama yang baru bertemu.
Kamu mestinya tahu, atau mungkin juga tidak. Jutaan tahun kami hidup tentram dalam keselarasan dengan seluruh penghuni ibu bumi. Tapi dalam beberapa abad saja, kalian merusak keselarasan itu.
Kami kaupaksa menelan berbagai macam limbah, racun, dan sisa-sisa peradaban yang tidak kalian inginkan di depan mata. Sebagian kaumku saat ini sedang menderita, sekarat dan mati karenanya. Ini bukan harmoni yang diinginkan semesta. Kita seharusnya bisa hidup berdampingan dengan lebih baik.
Kamu mestinya tahu, atau mungkin juga tidak. Kami telah lebih dulu eksis jauh sebelum kalian menjadi sel. Kamilah yang menumbuhkan sari-sari makanan untuk kalian. Bersama udara, air dan matahari kami membesarkan kalian dari sel menjadi entitas. Kami telah menjadi pijakan peradaban kalian ribuan tahun tanpa mengeluh.
Tapi ketahuilah, dengan atau tanpa kalian, kami akan selalu mampu jadi penyintas melewati zaman demi zaman.
Bagaimana dengan kalian tanpa kami?
---
kota daeng, 9 September 2021
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H