Lihat ke Halaman Asli

Pical Gadi

TERVERIFIKASI

Karyawan Swasta

Efektifkah Baliho Dongkrak "Brand Awareness" terhadap Politisi?

Diperbarui: 16 Agustus 2021   04:41

Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ilustrasi gambar: Baliho Puan Maharani. | Gambar dari Kompas.com/Putra Prima Nugraha

Pilpres 2024 masih jauh, tapi warna kontestasinya sudah mulai nampak saat ini. Lihat saja, baliho-baliho gede yang menampilkan wajah sejumlah politisi mulai menghias sudut-sudut kota. Ada wajah Puan Maharani dengan jargon "Kepak Sayak Kebhinnekaan", ada wajah Airlangga Hartanto dengan jargon "Kerja Untuk Indonesia", ada wajah Gus Muhaimin, wajah AHY dan seterusnya.

Maksud hati ingin meninggalkan kesan dan pesan positif kepada masyarakat sebagai konstituen, entah mengapa kesan yang terjadi adalah sebaliknya. Baliho-baliho ini malah sering jadi bahan bercandaan saja di dunia maya.

Upaya para politisi untuk meraih perhatian masyarakat ini bisa dikatakan mirip strategi Brand Awareness suatu produk. Brand awareness atau kesadaran merek merupakan bagian yang krusial dalam marcomm (marketing communication) sebuah produk.

Tapi apakah brand awareness dalam dunia bisnis bisa serta merta diterapkan ke dalam dunia politik? Ini hal yang menarik untuk dikulik.

Brand Awareness

Mari berkenalan dulu dengan si brand awareness ini. Brand awareness adalah kemampuan konsumen untuk mengenali suatu brand hanya dengan melihat atau mendengar identitas brand tersebut, baik itu warna, logo, jingle dan identitas lainnya. Seringkali, brand awareness ini memiliki andil besar dalam memengaruhi perilaku konsumen.

Sebagai contoh, apa yang Anda pikirkan saat melihat logo buah apel dengan gigitan kecil tertera pada casing sebuah handphone?

Kebanyakan dari kita akan mengingat satu merek gawai yang sudah sangat populer, tanpa perlu mengulik lebih jauh lagi handphone tersebut. Kita pun bisa dengan mudah membayangkan bagaimana spect handphone tersebut bahkan sampai pada kisaran harganya.

Seorang calon pembeli yang membutuhkan handphone berharga miring tidak akan berpikir meminta pramuniaga mengeluarkan handphone berlogo apel itu dari etalase toko, jika telah memiliki brand awareness terhadap produk tersebut sebelumnya. 

Sebaliknya, calon pembeli berkantong tebal penggemar produk mewah mungkin saja tertarik untuk membeli handphone tersebut.

Demikianlah contoh pengaruh brand awareness terhadap perilaku konsumen.

Halaman Selanjutnya


BERI NILAI

Bagaimana reaksi Anda tentang artikel ini?

BERI KOMENTAR

Kirim

Konten Terkait


Video Pilihan

Terpopuler

Nilai Tertinggi

Feature Article

Terbaru

Headline